Harga Emas Berbalik Melemah

0
73

JAVAFX – Harga emas berbalik melemah di kala investor mencari aset-aset yang berisiko pada perdagangan siang hingga sore hari ini di mana investor masih yakin bahwa harga emas masih bisa melemah lebih dalam lagi karena redanya perang dagang antara AS dengan China.

Hal ini membuat harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex sementara melemah $2,30 atau 0,18% di level $1288,60 per troy ounce. Harga perak untuk sementara berbalik melemah lagi sebagai bentuk aksi ambil untung yang terjadi setelah semalam menguat.

Harga emas tadi pagi sempat positif setelah potensi safe haven emas langsung muncul karena investor khawatir dengan harga minyak yang tinggi sehingga membutuhkan sebuah aset pelindung nilai dari tekanan inflasinya. Emas sempat menjauhi level terendah sejak Desember tahun silam.

Namun memasuki pasar Eropa siang ini, kondisi ini berbalik di mana emas mengalami aksi ambil untungnya karena semua terkait dengan tingginya inflasi akan membuat bank sentral AS akan semakin mudah meningkatkan suku bunganya.

Selain itu, tekanan harga emas juga terjadi karena perang dagang akan segera berakhir pasca Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menyatakan bahwa hasil dari perundingan Presiden Trump dengan Wakil PM Liu Hei telah berhasil menunda perang dagang yang sangat menakutkan investor karena masa depan investasinya bisa terganggu.

Mnuchin menyatakan bahwa China akan sepakat mengurangi defisit perdagangan AS senilai $200 milyar dari total defisit $335 milyar di mana China akan memperbesar impornya terhadap produk-produk asal AS seperti kapas, babi, jagung, gas, pesawat terbang, kendaraan bermotor, sorgum dan lain-lain. Penasehat perdagangan Gedung Putih Larry Kudlow juga menyatakan bahwa Presiden Trump telah memberikan keringanan kepada ZTE, untuk mulai melakukan aktivitas bisnisnya setelah mendapat hukuman dari AS akibat dari bisnis yang menurut AS telah melakukan kecurangan.

Namun pihak China juga berkata bahwa pihaknya belum setuju mengurangi defisit perdagangan sebesar $200 milyar tersebut, namun akan memperbesar pembeliaan produk-produk AS mulai tahun ini karena adanya peningkatan konsumsi dalam negeri China yang meningkat pula.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Kitco, Bloomberg, BBC
Sumber gambar: Reuters