Perang Dagang Persulit Gerak Positif Harga Minyak

0
52
Harga Minyak Masih Melanjutkan Pelemahannya

JAVAFX – Perang dagang persulit gerak positif harga minyak pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini dengan masih terdapat bayang-bayang pasokan yang akan berkurang cukup besar dan rendahnya konsumsi global masih membatasi perbaikan harga lebih lanjut.

Sebelumnya harga minyak sempat turun tajam karena Arab Saudi dengan Kanada sedang saling mengusir diplomatnya sehingga dikhawatirkan pasokan minyak dunia akan terganggu. Apalagi muncul sanksi Iran yang diinginkan AS bahwa negara tersebut dilarang untuk melakukan ekspor minyaknya, diiringi pula perang tarif antara China dengan AS yang belum selesai, makin membatasi gerak positif harga minyak dunia.

Dipastikan pula bahwa impor minyak China sudah naik lagi dari 8,1 juta bph di Juni lalu tengah meningkat menjadi 8,4 juta bph di Juli lalu meski perang tarif sedang berlangsung. Namun Iran akan kehilangan sekitar 2,7 juta bph ekspornya, di mana India, Korea Selatan, China, Jepang dan Uni Eropa merupakan konsumen utama minyak Iran dan harus segera mencari pengganti pasokannya.

Berutung data kinerja ekonomi China dan Jepang terkini masih membaik, artinya konsumsi energi mereka juga masih akan tinggi. Kondisi inilah yang memberi batas harga minyak untuk tidak terlalu tertekan lebih besar.

Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,04 atau 0,06% di level $66,77 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,07 atau 0,10% di harga $72,14 per barel.

Sebelumnya dukungan harga minyak datang setelah diberitakan bahwa AS mulai pekan ini akan memberlakukan sanksi baru kepada Iran atas usahanya menekan Iran untuk patuh tidak mengembangkan tehnologi nuklirnya. Iran tengah dilarang melakukan kegiatan perdagangan lalu lintas uang, logam dan setengah produksi energinya dilarang untuk di ekspor sehingga diperkirakan sekitar 2,4 juta bph konsumsi minyak asal Iran akan hilang mulai bulan ini.

Kondisi ini membuat pasar sedikit terkejut karena pasokan minyak akan cukup berkiurang mengingat Iran merupakan salah satu pengekspor minyak terbesar kelima didunia. Pasokan minyak Iran banyak ke negara India, China dan Uni Eropa, di mana ketiganya rupanya juga tidak ikut serta memberikan sanksi kepada Iran seperti AS, namun AS pasti akan menekan mereka dengan segera membatasi ruang perdagangan dolarnya.

Banyak pihak berpendapat bahwa sanksi Iran ini akan membawa harga minyak ke level $90 per barel dalam waktu dekat ini. Namun faktor akan kelebihan pasokan minyak pernah menjadi penyebab harga minyak disikapi negatif oleh pasar. Hal yang sama juga dilakukan oleh Rusia, di mana bulan lalu, produksi mereka lebih besar 150 ribu bph lebih banyak daripada kesepakatan awal dengan OPEC sebagai jawaban dari keinginan Presiden Trump agar harga minyak dunia tidak terlalu tinggi yaitu dengan memperbesar pasokannya.

Perbaikan harga minyak juga tidak besar karena ada perkiraan akibat perang dagang. Kondisi perang dagang memang belum usai, di mana kondisi ini tidak bersahabat bagi harga minyak karena dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun sehingga permintaan konsumsi minyak juga akan merendah, sedang OPEC sudah berusaha menaikkan pasokannya lagi. Trump sedang mempersiapkan tarif tambahan sebesar 25% bagi produk impor China.

(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi