Energi negatif saat ini tengah menghampiri Jepang, dan ini berdampak buruk terhadap ekonomi dalam negeri dan nilai tukar mata uang negeri matahari terbit tersebut. Sebut saja kekhawatiran fiskal yang masih mendera dan ketidakpastian oleh Bank of Japan (BoJ), adalah dua di antara faktor menyebabkan Yen Jepang terus tertekan. Namun jalan untuk yen memulih bukanlah harapan kosong. Kekhawatiran intervensi dan sentimen penghindaran risiko dapat menjadi pertolongan bagi Yen Jepang sebagai aset safe-haven.
Pemerintah Jepang pernah melakukan Intervensi dalam upaya menyelamatkan nilai tukar mata uang negara pada 2022 silam. Jika pemerintah benar-benar masuk pasar, USDJPY bisa jatuh puluhan hingga ratusan pip dalam hitungan menit. Karenanya, trader yang memegang posisi yang bertaruh Yen akan melemah menjadi takut. Selain itu, jika dolar AS kembali melemah juga akan dapat berperan dalam membatasi pergerakan USDJPY menjelang rilis notulen rapat FOMC.
Risiko yang semakin meningkat bahwa otoritas akan campur tangan di pasar untuk menghentikan pelemahan yen Jepang (JPY) lebih lanjut, menghambat para penjual untuk melakukan taruhan agresif. Selain itu, sentimen yang secara umum melemah di pasar ekuitas ternyata menjadi faktor lain yang membantu membatasi penurunan nilai JPY sebagai mata uang safe-haven. Di sisi lain, dolar AS kesulitan menarik pembeli yang signifikan di tengah kekhawatiran tentang melemahnya momentum ekonomi akibat penutupan pemerintah AS terlama dalam sejarah. Hal ini turut berkontribusi dalam membatasi kenaikan nilai pasangan USD/JPY.
Meningkatnya kemungkinan bahwa otoritas Jepang akan turun tangan untuk menghentikan pelemahan Yen yang semakin dalam membuat para pelaku pasar menahan diri dari mengambil posisi agresif. Tidak hanya sampai di situ, pelemahan sentimen di pasar ekuitas, dolar AS yang juga gagal menarik minat beli yang kuat karena kekhawatiran terhadap meredanya momentum ekonomi, dipicu oleh penutupan pemerintahan AS terpanjang dalam sejarah, menjadi faktor kombinasi yang pada akhirnya menahan ruang penguatan pasangan USDJPY.
Panel dari Partai Demokrat Liberal mengusulkan anggaran tambahan lebih dari ¥25 triliun untuk mendanai paket stimulus PM Sanae Takaichi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang lonjakan pasokan utang baru dan mendorong imbal hasil obligasi pemerintah 40-tahun ke rekor tertinggi.
Takaichi melihat ekonomi Jepang masih berpotensi kembali menghadapi deflasi. Ia ingin inflasi didorong oleh kenaikan upah, bukan harga pangan. Di sini Ia meminta BoJ bekerja sama untuk mendorong upaya untuk menaikkan kembali tingkat inflasi yang terlalu rendah agar ekonomi bisa kembali tumbuh sehat sembari mengungkapkan ke-tidak-sukaannya terhadap kenaikan suku bunga.
Pelaku pasar saat ini masih berhati-hati dan fokus dalam menunggu rilis data makro AS yang tertunda, di antara nya ada Risalah pertemuan FOMC pada hari Rabu dan Nonfarm Payrolls (NFP) AS pada Kamis di tengah tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja AS. Sebelumnya pejabat Fed (Jefferson dan Waller) memberi sinyal perlunya kehati-hatian dan kemungkinan pemotongan suku bunga lanjutan. (jfx/ady)




