Harga minyak WTI bergerak stabil dan tertahan di sekitar level $58,30 per barel pada sesi Asia hari Rabu, mencoba pulih setelah penurunan tajam dalam dua hari terakhir. Meski demikian, kembalinya produksi di ladang minyak West Qurna-2 milik Lukoil di Irak serta penguatan dolar AS setelah rilis data lowongan kerja yang meningkat berpotensi membatasi kenaikan harga minyak dunia.
West Texas Intermediate (WTI), acuan minyak mentah AS, diperdagangkan di sekitar $58,25 pada sesi Asia hari Rabu. Tekanan terhadap harga semakin besar seiring menguatnya dolar AS setelah data lowongan kerja AS yang menunjukkan peningkatan.
Setelah dihentikan pada akhir pekan karena kebocoran pipa, aliran minyak mentah dari fasilitas penyimpanan West Qurna-2 kembali beroperasi menuju depot Tuba. Ladang tersebut memproduksi lebih dari 460.000 barel per hari, menyumbang sekitar 0,5% dari pasokan minyak dunia dan 9% dari total produksi Irak, yang merupakan produsen terbesar kedua OPEC setelah Arab Saudi.
Sementara itu, Laporan Survei Lowongan Kerja dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) menunjukkan jumlah lowongan kerja mencapai 7,658 juta pada September dan naik menjadi 7,67 juta pada Oktober. Data yang masih solid ini mengisyaratkan ketangguhan pasar tenaga kerja AS dan mendorong penguatan dolar AS, yang pada gilirannya menekan harga komoditas berdenominasi dolar.
Di sisi lain, penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan dapat membantu menahan pelemahan harga WTI. Data American Petroleum Institute (API) yang dirilis Selasa mencatat stok minyak mentah AS untuk pekan yang berakhir 5 Desember turun 4,8 juta barel, lebih dalam dibandingkan penurunan 2,48 juta barel pada pekan sebelumnya.
Investor kini menanti rilis data resmi dari Energy Information Administration (EIA) pada Rabu sore, yang diperkirakan akan memberikan arah lebih lanjut bagi pergerakan harga WTI.




