Minyak Masih Melemah, Nantikan Data EIA

0
50

JAVAFX – Berita komoditas di hari Rabu(2/8/2017), minyak masih melemah disaat pasar menantikan data EIA yang akan dirilis nanti malam.

Pelemahan minyak cukup besar terjadi sejak semalam namun tetap diatas level $48/barel pada perdagangan sore ini terpicu meski makin turunnya produksi minyak AS dalam 2 bulan terakhir dan data EIA yang masih menjadi tanda tanya besar setelah 4 pekan sebelumnya selalu menurun.

Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sebetulnya masih melemah kurang dari 5% sejak awal tahun.

Hal ini disebabkan adanya persaingan diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan selanjutnya di minggu depan.

Minggu lalu, Energy Information Administration melaporkan bahwa persediaan minyak pemerintah AS masih mengalami penurunan kembali di minggu lalu sehingga dalam 4 minggu terakhir secara berurutan mengalami penurunan.

EIA juga mencatat bahwa produksi minyak AS sedikit menurun 19 ribu barel perhari menjadi total 9,41 juta barel perhari setelah naik 10% sejak pertengahan tahun lalu.

Sedangkan pengaktifan rig AS sepanjang bulan ini hanya bertambah 10 buah saja, angka terkecil sejak Mei 2016 lalu.

Kecilnya persediaan dan produksi AS ini disebabkan peningkatan ekspor minyak suling atau minyak bahan bakar AS ke beberapa negara Amerika Latin, Eropa dan kawasan Asia, seperti Jepang, Korea dan China.

China sendiri mengalami kenaikan rata-rata 300 ribu barel perhari.

Bahkan Eropa sendiri mengandalkan minyak avtur dan minyak diesel dari AS.

Pelemahan harga minyak datang dari hasil data American Petroleum Institute di pekan ini disampaikan bahwa persediaan atau stok minyak AS melonjak 1,8 juta barel, minyak bahan bakar turun sebesar 4,8 juta barel dan minyak suling atau minyak destilasi juga turun 1,2 juta barel.

Investor sedang menanti data Energy Information Administration yang akan rilis nanti malam.

Biasanya antara kedua data dari API dan EIA kadang sama arahnya, kadang juga bertentangan.

Faktor menantikan data EIA ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $0,36 atau 0,73% di level $48,80 per barel.

Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,33 atau 0,64% di harga $51,45 per barel.

Penguatan sepanjang pekan lalu dan dilanjutkan awal pekan ini diakhiri oleh tingginya produksi minyak OPEC di bulan lalu, dimana menurut Reuters bahwa produksi minyak OPEC bulan Juli naik 90 ribu barel perhari, sedangkan menurut Bloomberg bahwa produksi dan pengapalan minyak OPEC naik 210 ribu barel perhari.

Kenaikan ini didorong oleh produksi minyak Libya yang melonjak hampir 900 ribu barel perhari.

Hasil survei tersebut berhasil mengakhiri periode positif minyak selama 6 hari berturut-turut yang berhasil naik sekitar 10%. Padahal sebelumnya kondisi minyak dunia sempat defisit 500 ribu barel perhari.

Pertemuan evaluasi anggota OPEC akan dilakukan minggu depan di Abu Dhabi Uni Emirat Arab karena pihak OPEC melihat produksi minyaknya di bulan lalu naik 200 ribu barel perhari dan kepatuhan pemangkasan produksi minyak 1,2 juta barel perhari masih di angka 78% saja.

Bahasan ke AS kembali dimana kecilnya persediaan dan produksi AS ini disebabkan peningkatan ekspor minyak suling atau minyak bahan bakar AS ke beberapa negara Amerika Latin, Eropa dan kawasan Asia, seperti Jepang, Korea dan China.

China sendiri mengalami kenaikan rata-rata 300 ribu barel perhari.

Bahkan Eropa sendiri mengandalkan minyak avtur dan minyak diesel dari AS.

Namun banyak pihak masih khawatir dengan membaiknya harga minyak tersebut, karena kebiasaan pihak AS bila harga naik maka produksi minyak AS akan makin meninggi, terbukti dengan pernyataan EIA minggu lalu, bahwa penurunan persediaan tersebut hanya karena pengurangan impor minyak AS dan bukan karena produksi yang berkurang banyak.

Namun setidaknya dengan kenaikan harga di beberapa hari ini, membuat produsen-produsen minyak dunia khususnya di AS bisa membayar deviden kepada pemegang sahamnya.

Sebelumnya beberapa produsen ini mengeluhkan harga yang terus menurun, sehingga belanja investasinya banyak yang dipotong.

Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: Reuters