Emas Berjangka Merosot Karena Gigitan Covid-19

0
41

JAVAFX – Emas berjangka terpantau turun pada perdagangan di bursa komoditi logam Selasa (21/4) pagi di Asia karena tidak bisa menahan kenaikannya dari sesi sebelumnya.

Dalam kemerosotan bersejarah, minyak mentah berjangka WTI untuk pengiriman Mei turun menjadi $37,63 semalam, sehari menjelang berakhirnya kontrak pada hari Selasa.

Emas berjangka turun sebesar 0,32% pada $ 1,705.70 karena saham Asia juga jatuh mengikuti berita global. Pada sesi sebelumnya, emas naik sebanyak 1% setelah mengalami penurunan karena investor berbondong-bondong menjadikan logam kuning sebagai safe haven karena saham Wall Street yang merosot.

Meskipun keduanya biasanya bergerak ke arah yang berlawanan, jajak pendapat Reuters memperkirakan bahwa peningkatan permintaan untuk logam kuning akan diimbangi dengan penguatan dolar dan konsumsi ritel yang lemah karena pandemi Covid-19 terus merusak ekonomi global.

Hasil dari survei investor Deutsch Bank juga dirilis pada hari Senin menunjukkan bahwa investor kurang percaya diri untuk kembali ke bisnis seperti biasa untuk Eropa dan Amerika Serikat menjelang musim panas.

Deputi gubernur Bank of England Ben Broadbent juga menambahkan dalam semalam bahwa pemulihan ekonomi AS dapat diperlambat oleh kehati-hatian konsumen begitu kuncian negara itu dicabut.

Sementara itu, Kongres AS akan memberikan paket baru senilai $450 miliar untuk bisnis kecil dan rumah sakit yang terkena dampak Covid-19 di kemudian hari.

Sementara itu, mantan Wakil Presiden A. Joe Biden saat ini berhasil mengumpulkan dana sebesar $46,7 juta pada bulan Maret untuk kampanye kepresidenannya, hasil tangkapan satu bulan terbesarnya meskipun ada krisis kesehatan nasional yang telah mengganggu penggalangan dana dan menghantam keuangan. Uang yang dikumpulkan oleh kandidat Demokrat pada bulan Maret jauh di atas $18.100.000 yang ia ambil pada bulan sebelumnya.

Biden memasuki pemilihan umum karena kerugian penggalangan dana yang sangat dan signifikan menjelang pemilihan 3 November melawan Presiden Republik Donald Trump, seorang penggalang dana luar biasa yang telah mengumpulkan uang untuk pemilihan umum sejak 2017.