ABN AMRO : Dolar AS Akan Mendorong Harga Emas Lebih Tinggi

0
52

JAVAFX – Dewasa ini, banyak investor terbukti mengalihkan investasinya kepada Emas karena daya tarik logam mulia inisebagai aset safe haven.

Sementara banyak investor beralih ke emas karena daya tarik safe-haven, demikian menurut ABN AMRO, salah satu bank internasional yang berpusat di Belanda mengatakan di hari Rabu (05/06/2019). Menurut mereka, dolar AS yang melemah akan terus mendorong harga emas lebih tinggi.

Georgette Boele, Kepala analis dan strategis logam mulia di ABN AMRO, menulis dalam sebuah laporan bahwa ia tetap yakin emas akan naik, sebagaimana perkiraan sebelumnya yang dilontarkan oleh bank tersebut. Menurutnya, harga Logam Mulia bisa mencapai $ 1.400 per troy ons pada akhir tahun ini.

Salah satu alasan kuat bahwa harga emas akan mencapai posisi tersebut, adalah terjalinnya hubungan negatif antara emas dengan dolar AS dalam perlombaan daya tarik sebagai aset safe-haven. Boele mencatat bahwa komiditas emas telah bergerak naik dalam lingkungan pasar ekuitas yang meningkat volatilitasnya dan lebih banyak ketidakpastian di pasar keuangan. Hal ini memberikan kesan mendalam dalam reaksi safe haven secara klasik,” katanya. “Namun demikian, kami sangat percaya bahwa lonjakan harga emas telah terjadi karena pelemahan dolar yang terjadi secara meluas daripada permintaan safe-haven untuk emas itu sendiri.”

Pernyataan Boele ini muncul setelah harga emas melonjak ke level lebih dalam 3 bulan ini. Bahkan harga emas masih memegang keuntungan besar; dimana dalam perdagangan berjangka, komoditas Emas untuk kontrak pengiriman bulan Agustus diperdagangkan pada harga $ 1,334.80 per troy ons atau naik 0,45% pada hari itu.

Melihat dolar AS, Boele mengatakan bahwa mata uang tersebut menderita karena meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kebijakan perdagangan yang tidak menentu dari Presiden Donald Trump. Pekan lalu Trump menakuti pasar dengan mengancam tarif 5% pada semua impor Meksiko dalam upaya untuk mengurangi arus pendatang ilegal di selatan perbatasan negara itu. Jika masalah imigrasi tidak terselesaikan, tarif dapat naik menjadi 25% pada bulan Oktober ini.

Boele menyatakan bahwa Dolar AS kemungkinan juga akan dihukum karena kredibilitas jangka panjang AS melemah. Ini mungkin tidak akan terlihat dalam perdagangan dengan Euro dalam pasangan EURUSD, karena Euro disisi lain juga memiliki tantangan sendiri. Dolar AS akan tertantang dengan Yen Jepang, Franc Swiss dan Emas.

Indeks dolar AS terakhir berada di 97,05, relatif tidak berubah pada hari itu, memantul dari posisi terendah dalam 2,5 bulan. Namun demikian, penguatan emas lebih dari sekedar adanya faktor pelemahan dolar AS, Boele menambahkan bahwa logam mulia menunjukkan penguatan pula secara teknis, bahkan dorongan ini muncul sebelum reli terakhir karena harga telah bertahan diatas level support pada garis pergerakan harga rata-rata (Moving Average, MA) sepanjang 200-hari.

Dalam catatan sebelumnya, ABN AMRO telah mengisyaratkan tren kenaikan harga emas ini. Menurut mereka, hal inikarena adanya harapan bahwa The Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa akan melonggarkan kebijakan monetermereka. Sebagaimana ditegaskan kembali oleh Boele bahwa mereka telah menyesuaikan skenario dasar kasus ini, dimana sekarang mengharapkan The Fed untuk mulai memotong suku bunga acuan utama sebesar 75bp pada Q1 2020 (dari posisi saat ini di pasar keuangan). Selain itu, kami berharap ECB juga untuk memulai kembali kebijakan Q.E., dan bank sentral lainnya juga turut menjadi kurang hawkish kebijakan moneternya. Ini sebagai isyarat untuk menundanya siklus pengetatan, atau bahkan dengan memangkas suku bunga, kata Boele.

Dengan lingkungan kebijakan moneter yang lebih longgar secara umum dapat mendukung harga emas naik. Karena perbedaan suku bunga antara mata uang dan emas yang menurun, membuat emas sebagai aset pembayar non-bunga lebih menarik.

Dari pernyataan Boele tersebut, mencerminkan ekspektasi yang agresif di pasar keuangan. Sebagaimana yang terukur dalam CME FedWatch Tool yang menunjukkan bahwa pasar memberi harga pada lebih dari 75% untuk terjadinya peluang penurunan suku bunga pada awal Juli. Dimana tahun ini, pasar melihat kemungkinan tiga kenaikan suku bunga. (WK)