DPR Dan Pemerintah AS Damai, Pasar Masih Berhati-Hati

0
30

Dewan Perwakilan Amerika Serikat akhirnya menyepakati paket pendanaan untuk mengakhiri penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah negara itu. Dalam pemungutan suara pada Rabu waktu setempat, 222 anggota mendukung berbanding 209 suara yang menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) tersebut, setelah sebelumnya disetujui oleh Senat pada Senin. Langkah ini membuka jalan bagi Presiden Donald Trump untuk menandatangani rancangan itu menjadi undang-undang.

Prospek berakhirnya penutupan pemerintahan yang berkepanjangan ini langsung mendorong peningkatan minat investor terhadap aset berisiko. Para pelaku pasar menilai, berakhirnya shutdown akan memberikan kejelasan terhadap kondisi ekonomi dan membantu memulihkan kepercayaan pasar keuangan dalam beberapa pekan mendatang.

Sejumlah analis memperkirakan data inflasi (CPI) dan pasar tenaga kerja AS yang sempat tertunda, akan dirilis pekan depan. Data tersebut dinilai penting untuk melihat seberapa kuat ekonomi AS secara aktual. Investor sendiri sudah bersiap dengan harapan hasilnya positif, namun data ini tetap menjadi penentu penting bagi arah pasar keuangan.

Sementara itu, Gedung Putih menyatakan laporan resmi mengenai lapangan kerja dan inflasi bulan Oktober kemungkinan besar tidak akan diterbitkan akibat dampak dari penutupan pemerintahan. Pernyataan itu disampaikan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, pada Rabu malam.

Sebelumnya, Presiden Donald Trump menyatakan dukungannya terhadap kesepakatan bipartisan untuk mengakhiri kebuntuan kemarin. Ia juga menyebutkan bahwa inflasi AS diperkirakan akan mencapai 1,5% dalam waktu dekat, level yang belum tercapai sejak Februari 2021, dan masih di bawah rata-rata inflasi jangka panjang dalam satu dekade terakhir.

Atas perdamaian antara DPR dan Pemerintah AS, indeks dolar AS sempat menguat di awal sesi perdagangan Asia di sekitar level 99,60. Penguatan mata uang AS yang dipicu oleh optimisme bahwa kebuntuan pemerintahan akan segera berakhir, saat ini kembali melemah dan berada di bawah level 99.50.

Harga emas juga menanjak hingga mencapai sekitar 4.211 pada sesi Asia Kamis pagi. Kenaikan yang membawa logam mulia tersebut ke posisi tertinggi sejak 21 Oktober. Kembali melemahnya dolar AS, berpotensi mendorong logam mulia ini, yang saat ini bergerak dalam kisaran 4,211-4180, lanjutkan kenaikan mingguan.

Sementara itu, nilai tukar Yen Jepang masih tertekan di tengah ketidakpastian kebijakan Bank of Japan. Sikap pro-stimulus Menteri Ekonomi Jepang, Sanae Takaichi, menambah keraguan pasar terhadap arah kebijakan bank sentral tersebut. Berakhirnya penutupan pemerintahan AS yang dinilai sebagai sentimen positif global turut menekan posisi Yen sebagai aset safe haven.

Sejumlah pejabat The Fed dijadwalkan memberikan pernyataan pada hari ini, termasuk Neel Kashkari dan Alberto. Para pelaku pasar juga akan mencermati pidato dari Christopher Waller, Raphael Bostic, serta Stephen Miran untuk mencari petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga berikutnya.