Harga Minyak Menyimpang, Masih Khawatirkan Permintaan Dunia

0
32
Oil Rig

JAVAFX – Harga minyak mentah dalam perdagangan di bursa berjangka pada hari Senin (08/07/2019) berakhir dengan berbeda. Minyak mentah AS.  naik  sementara minyak mentah Brent turun.

Bagi minyak mentah West Texas Intermediate, ini merupakan ketiga kalinya mereka mengalami kenaikan. Sebaliknya bagi minyak mentah dunia, Brent kali ini harus berakhir lebih rendah.

Pasar masih merasakan ketegangan terkait ekskalasi krisis di Selat Hormuz, dan kemungkinan gangguan terhadap aliran minyak di Timur Tengah. Namun yang paling utama adalah kekhawatiran seputar permintaan energi global.  Ekspektasi permintaan minyak tampaknya akan turun

Harga minyak West Texas Intermediate naik 15 sen, atau 0,3%, menjadi $ 57,66 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Tercatat sebagai kenaikan ketiga secara berturut-turut. Dalam pekan kemarin, harga turun 1,6%.  Sementara minyak mentah global, Brent untuk kontrak pengiriman bulan September, harus turun 12 sen, atau 0,2%, menjadi $ 64,11 per barel di ICE Futures Europe. Brent turun 0,8% untuk minggu lalu.

Iran mengklaim memperkaya uranium di atas level yang disepakati dalam perjanjian nuklir Iran. Tindakan ini dikhawatirkan pasar akan memperuncing masalah dan peluang aksi balasan setelah AS mengambil tanker minyak Iran minggu lalu. Mereka mengancam akan merebut kapal-kapal Inggris dan mengubah Teluk Persia menjadi lautan darah.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi menyebut penyitaan kapal supertanker Iran “pembajakan,”. Iran akan mengambil tindakan terhadap kapal yang transit melalui Selat Hormuz, Associated Press melaporkan Senin. Selat ini menjadi titik penting dalam transportasi minyak dunia yang paling sensitif.

Disisi lain, upaya Iran dalam pengkayaan Uranium yang melanggar perjanjian sekarang dapat mendorong Eropa untuk menjatuhkan sanksi terhadap Iran juga. Sebagai contoh, UE dapat memberlakukan embargo minyak terhadap Iran, seperti yang terjadi antara 2012 dan 2015. Pasalnya, ancaman sanksi Eropa ini dianggap Iran enteng saja. Karena dianggap tidak akan berdampak langsung pada ekspor minyak Iran. Eropa sendiri memang sudah tidak membeli minyak Iran sejak akhir 2018 karena sanksi AS. Tindakan ini pula yang sekiranya menjadi salah satu alasan ketidakpuasan Iran.

Meski demikian, tetap saja ekspor minyak Iran akan terganggu dan terhambat oleh sanksi Uni Eropa. Mengingat baru-baru ini mereka juga memberlakukan embargo untuk sektor perbankan dan asuransi. Dalam hal ini, pembeli minyak Iran yang tersisa akan merasa lebih sulit untuk bertransaksi dan mengasuransikan pembelian mereka – setelah semua, sebagian besar perusahaan asuransi yang aktif di sektor pengiriman berbasis di London.

Dalam sesi perdagangan minyak baru-baru ini, sentiment akan permintaan minyak dimasa depan pada dasarnya mengambil alih perhatian pasar dari masalah pasokan yang berlebihan awal pekan lalu. Lebih-lebih setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya bersepakat untuk memperpanjang perjanjian pengurangan produksi hingga Maret 2020. Ini menjadi langkah besar sebagaimana yang diharapkan untuk mengimbangi melimpahnya produksi saat ini.

Upaya menaikkan harga minyak sempat terbuka dengan data ketenagakerjaan AS yang kuat pada hari Jumat. Namun gagal mengangkat mood pasar, meskipun hal itu berhasil mendorong penurunan tajam pada harga logam mulia.

Pasar masih tidak nyaman dengan prospek pertumbuhan global yang lebih lambat, dimana hal ini dianggap bisa menjadi biang melemahnya konsumsi minyak.  Keputusan OPEC + untuk memperpanjang pengetatan produksi hanya diangka 1,2 juta barel per hari selama sembilan bulan lagi setidaknya bisa menjadi tumpuan bagi kenaikan harga lebih lanjut. Keputusan OPEC datang karena para pejabat di sana terus memantau risiko permintaan dari tiff perdagangan global dan ketika ketegangan merebak antara Iran dan Barat.

Produksi minyak mentah oleh OPEC mencapai 30,09 juta barel per hari pada Juni, tidak berubah dari Mei, menurut survei S&P Global Platts mengenai pejabat industri, analis dan data pengiriman yang dirilis Senin. Namun, kepatuhan grup terhadap kuota produksi turun menjadi 104% dari 117% sebulan sebelumnya.

Minggu ini, di samping data pasokan minyak bumi mingguan AS, pasar minyak akan melihat laporan Outlook Energi Jangka Pendek secara bulanan terbaru dari Lembaga Informasi Energi di hari Selasa. Laporan minyak bulanan dari OPEC dan Badan Energi Internasional akan dirilis secara terpisah pada hari Kamis dan Jumat. (WK)