Harga Minyak Tertekan di Tengah Surplus Global

0
43

Harga minyak mentah dunia turun tajam sepanjang 2025, dengan penurunan lebih dari 10 persen, dengan minyak Brent mengalami penurunan tahunan terpanjang dalam sejarah. Penurunan harga minyak dunia lebih disebabkan oleh melimpahnya pasokan yang melampaui permintaan.

Minyak Brent diperkirakan mencatat penurunan hampir 18 persen di 2025, penurunan tahunan terbesar sejak 2018 dan mencatat penurunan tahunan ketiga berturut-turut. Sementara, minyak mentah WTI AS juga tertekan dan diperkirakan mengalami penurunan tahunan sekitar 15 persen. Ini menunjukkan lemahnya sentimen pasar terhadap prospek permintaan energi global.

Awal 2025, pasar sempat menguat imbas sanksi ketat AS terhadap Rusia, yang mengganggu pasokan ke negara seperti China dan India. Ketegangan geopolitik sempat mendorong kenaikan harga, termasuk eskalasi perang Ukraina, yang menyerang infrastruktur energi Rusia, serta konflik singkat Iran – Israel yang meningkatkan risiko gangguan pengiriman minyak melalui Selat Hormuz.

Situasi global semakin kompleks dengan konflik di Yaman yang melibatkan produsen utama OPEC serta kebijakan AS yang memperketat tekanan terhadap Venezuela dan Iran. Namun, dampak geopolitik tersebut tidak cukup kuat untuk menopang harga, karena pasar menilai risiko gangguan pasokan masih dapat dikelola dalam jangka menengah.

Penurunan harga semakin dalam setelah OPEC+ meningkatkan produksi sekitar 2,9 juta barel per hari tambahan yang dilepas ke pasar sejak April. Di sisi lain, kekhawatiran terhadap dampak tarif AS terhadap pertumbuhan ekonomi global turut menekan prospek permintaan, sehingga keseimbangan pasar tetap condong ke arah surplus.

Banyak analis memperkirakan pasokan minyak masih akan melampaui permintaan pada 2026 mendatang. Beberapa lembaga memprediksi surplus besar, dan OPEC+ diperkirakan baru akan mempertimbangkan pemangkasan produksi kembali jika harga turun ke kisaran yang jauh lebih rendah, sekitar level $50 per barel, guna menjaga stabilitas pasar energi global.