Retno bahas isu kesehatan, pangan di pertemuan menlu ASEAN di Kamboja

0
27

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengangkat isu kesehatan dan ketahanan pangan dalam Pertemuan Menlu Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (AMM) yang diselenggarakan di Phnom Penh, Kamboja, Rabu.

“Tantangan kesehatan tetap akan ada ke depan, oleh karena itu memastikan kesiapan ASEAN untuk mengatasi tantangan kesehatan saat ini dan di masa mendatang sangat penting artinya,” kata Retno dalam keterangan tertulis Kemlu RI.

Dia mengatakan bahwa mekanisme ASEAN saat ini harus dipergunakan secara maksimal, termasuk untuk mempercepat operasionalisasi dan menjamin ketersediaan dana untuk ASEAN Centre for Public Health Emergency and Emerging Diseases (ACPHEED), yang memiliki pilar pencegahan, deteksi, dan respons.

ACPHEED akan memiliki kantor pusat di Indonesia, Thailand, dan Vietnam, dan saat ini modalitas pembentukan ACPHEED di ketiga negara tersebut sedang dibahas.

Selain itu, Menlu Retno memberikan masukan tentang pentingnya ASEAN memperhatikan isu-isu ketahanan pangan di Asia Tenggara.

Menurut dia, mekanisme kawasan untuk lebih memperkuat ketahanan pangan penting untuk diperkuat, khususnya dengan negara-negara ASEAN Plus Three (China, Jepang, dan Korea Selatan).

Terkait isu ketahanan pangan, Indonesia telah menyampaikan concept notes mengenai pentingnya memperkuat ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve Agreement (APTERR) yang mengusulkan peningkatan jumlah stok beras yang dialokasikan dari negara ASEAN Plus Three serta penambahan jenis komoditas pangan dalam APTERR.

“Mencermati tantangan dunia saat ini, upaya memperkuat kapasitas dan efektivitas institusional ASEAN sangat penting artinya,” tutur Retno.

Berkaitan dengan kedua isu tersebut, tugas High Level Task Force (HLTF) on ASEAN Community Post 2025 Vision menjadi sangat penting.

Sekjen ASEAN melaporkan bahwa HLTF telah melakukan pertemuan sebanyak dua kali dan telah mulai membahas upaya memperkuat kapasitas dan efektivitas kelembagaan ASEAN atau “Strengthening ASEANs Capacity and Institutional Effectiveness.” Hasil kerja HLTF akan dilaporkan dalam KTT ASEAN pada November mendatang.

Terkait agenda hubungan eksternal (external relations), Menlu Retno menyampaikan rencana peluncuran kemitraan Komprehensif Strategis ASEAN-AS pada KTT November.

Status kemitraan baru itu diharapkan dapat berkontribusi terhadap perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran Indo-Pasifik.

Indonesia juga menyambut baik rencana KTT Peringatan 45 tahun ASEAN-EU pada Desember mendatang, dan mengharapkan komitmen Uni Eropa (EU) untuk membangun kemitraan yang saling menguntungkan, termasuk dalam isu perdagangan minyak nabati.

Isu lain yang disampaikan Menlu Retno adalah mengenai pentingnya untuk terus mengedepankan isu perempuan dan perdamaian dalam agenda kerja ASEAN.

Dia menginformasikan bahwa sejak 2020, kawasan Asia Tenggara telah memiliki Southeast Asian Network on Women Peace Negotiators and Mediators (SEANWPNM).

Jaringan itu telah terhubung dengan lima jaringan lain di berbagai kawasan yang berbeda.

Retno menyampaikan pentingnya kegiatan SEANWPNM dapat disinergikan dengan kegiatan-kegiatan ASEAN mengingat jaringan tersebut akan dapat memberikan kontribusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan.

Dia juga membahas proses aksesi Timor Leste menjadi anggota ASEAN.

Sekjen ASEAN telah menyampaikan laporan singkat bahwa kerja tim pencari fakta terakhir untuk pilar ekonomi (AEC) dan pilar sosial budaya (ASCC) telah berjalan dengan baik.

Oleh karena itu, Indonesia berharap agar proses keanggotaan Timor Leste ke ASEAN dapat berjalan lebih cepat.

Dalam pertemuan AMM kali ini, enam negara menandatangani aksesi Treaty of Amity and Cooperation(TAC), yaitu Denmark, Yunani, Belanda, Qatar, Oman, dan Uni Emirat Arab, selain sejumlah negara lain yang juga meminta melakukan aksesi terhadap TAC.

Antusiasme banyak negara untuk melakukan aksesi perlu disambut baik guna mempromosikan nilai-nilai ASEAN, termasuk semangat kerja sama dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik, kata Retno.