Aksi Ambil Untung Membayangi Harga Minyak

0
74
Harga Minyak Menguat Kembali

JAVAFX – Aksi ambil untung membayangi harga minyak pasca rilisnya data persediaan minyak AS pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini dengan hasil bahwa akan ada penurunan persediaan di pekan ini.

American Petroleum Institute memperkirakan bahwa pekan ini persediaan minyak AS akan mengalami penurunan sebesar 5,2 juta barel. Dan Energy Information Administration malamnya juga menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS di pekan lalu ternyata memang dilaporkan mengalami penurunan pada pekan ini karena ada penurunan pasokan. Persediaan minyak mentah turun sebesar 5,8 juta barel di pekan lalu dan membuat harga minyak semalam melejit.

Pekan lalu data ekonomi beberapa negara di Asia sedang menurun kinerja ekonominya, namun belahan bumi di Utara sedang bersiap diri untuk melakukan awal panen jelang musim gugur datang di pekan ini sehingga pelepasan cadangan minyak strategis milik pemerintah AS diperbesar. Kondisi ini muncul karena para petani mulai melakukan persiapan untuk panen di lahan pertaniannya sehingga membeli bahan bakar lebih banyak jelang musim Gugur tersebut.

SPR atau cadangan strategis minyak pemerintah AS juga telah dilepas sebesar 11, 3 juta barel pada pekan lalu, hal ini dilakukan karena dalam 4 pekan terakhir kilang minyak AS tidak ada penambahan output lebih besar sehingga cadangan harus dikeluarkan sejenak.

Namun akibat adanya perang dagang antara China dengan AS yang masih belum selesai serta mulai menguatnya mata uang AS, telah membuat harga minyak sedikit mengalami koreksi harga kembali.

Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,01 atau 0,04% di level $67,86 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,20 atau 0,27% di harga $74,58 per barel.

Perbaikan harga minyak juga tidak besar karena ada perkiraan akibat perang dagang masih bisa terjadi. Kondisi perang dagang memang belum usai, di mana kondisi ini tidak bersahabat bagi harga minyak karena dapat dipastikan pertumbuhan ekonomi dunia akan menurun sehingga permintaan konsumsi minyak juga akan merendah, sedang OPEC sudah berusaha menaikkan pasokannya lagi. Sejauh ini, Presiden Trump sendiri bersikap antipati dengan usaha China dalam mengurangi ketgangan perang dagang tersebut, sehingga perbaikan harga minyak juga tidak terlalu besar terjadi.

(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi