Analisa Fundamental, 19 Mei 2017

0
167

JAVAFX – Meski kondisi politik AS masih diwarnai goncangan terkait skandal yang tengah menyelimuti Presiden Donald Trump, indikasi pemulihan ekonomi tampak telah memberikan keuntungan tersendiri bagi greenback di sesi sebelumnya.

Dolar AS berhasil ditutup menguat terhadap beberapa mata uang utama di dunia, ketika data klaim pengangguran tengah berada di luar ekpetasi pasar. Dalam sebuah laporan resmi yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja menyebutkan bahwa klaim penangguran AS telah mengalami penurunan, yang disesuaikan secara musiman menjadi 232K untuk periode akhir 13 Mei dari 236K di minggu sebelumnya. Survei ekonom memperkirakan angka klaim pengangguran AS akan mengalami kenaikan, yang disesuaikan secara musiman menjadi 242K untuk periode akhir 13 Mei.

Di waktu yang bersamaan, sebuah laporan yang meliputi sebuah data aktiftas manufaktur juga berhasil memberikan kontribusi tambahan untuk dolar AS dalam memaksimalkan upaya rebound. Berdasarkan sebuah laporan resmi dari The Fed wilayah Philadelphia menunjukkan bahwa indeks manufaktur Philadelphia mengalami kenaikan, yang disesuaikan secara musiman menjadi 38.8 di bulan Mei dari 22.0 di bulan April. Survei ekonom sebelumnya telah memperkirakan bahwa indeks manufaktur Philadelphia akan turun, yang disesuaikan secara musiman menjadi 19.9 di bulan Mei.

Di sisi lain, kedua laporan tersebut telah menjadi pemicu awal jatuhnya harga emas dengan ditutup turun pada level $1.246.55 per troy ounce. Dukungan penguatan harga emas sejak awal pekan ini terpaksa harus berhenti sejenak, ketika gold mampu mencatat kenaikan selama 5 hari secara beruntun.

Sementara itu, menjelang libur akhir pekan kali ini, AS tampak absen melaporkan data fundamental mereka. Akan tetapi, laporan penjualan ritel dan pertumbuhan inflasi di wilayah Kanada telah berhasil mencuri perhatian para pelaku pasar. Laporan tersebut dijadwalkan rilis pada pukul 19.30 waktu Jakarta. Sejalan dengan laporan ini, maka pergerakan dolar Kanada merupakan mata uang yang paling berpotensi bergejolak ketika data tersebut dirilis.