AS Longgarkan Impor Minyak Iran Hingga Batas Yang Dirundingkan

0
35
Rigging as seen from upper deck on a drill ship silhouetted by the setting sun. Cranes , tower, catwalk and satellite dome are in the image.

JAVAFX – Amerika Serikat AS mungkin mengizinkan beberapa negara untuk terus mengimpor minyak Iran, meskipun berakhirnya keringanan sanksi pada awal Mei , berkontribusi pada tekanan menurunnya lebih lanjut harga minyak, demikian menurut The Wall Street Journal pada Jumat (31/05/2019). Laporan itu mengatakan negara-negara yang belum mencapai batas A.S. pada impor minyak Iran dapat terus berdagang sampai mereka mencapai batas yang dinegosiasikan sebelumnya.

Para pialang sendiri mahfum bahwa kebijakan pemerintahan Donald Trump ini sebagai upaya untuk menekan ekspor minyak Iran ke titik nol. Sayangnya kebijakan tersebut justru membuat harga minyak mentah naik, hal yang sebenarnya tidak diinginkan oleh Trump. Tak heran bila kemudian pelonggaran yang dilakukan oleh Trump kepada para pembeli minyak Iran itu justru menyebabkan aksi jual terbesar dalam sejarah perdagangan minyak.

Bagaimanapun juga, saat ini masih ada kekhawatiran dalam diri pelaku pasar akan besarnya gangguan permintaan minyak dunia.  Lebih-lebih setelah pada minggu lalu, Trump tiba-tiba mengumumkan tarif barang dari Meksiko dalam cuitan di hari Kamis malam.

Trump mencuitkan bahwa AS akan mengenakan tarif 5% atas semua produk yang berasal dari Meksiko. Tarif ini diberlakukan hingga negara diselatan AS tersebut mampu menghentikan arus imigran ilegal ke AS. Ditambahkan oleh Trump bahwa selanjutnya akan dinaikkan menjadi 10 persen pada 1 Juli nanti jika krisis imigran ilegal masih ada. Bulan-bulan selanjutnya akan dinaikkan sebesar 5% setiap bulannya hingga mencapai 25% pada 1 Oktober nanti. Tarif sebesar 25% akan tetap dikenakan hingga Meksiko secara nyata telah mampu membendung arus imigran ilegal ini, cuitnya.

Dengan latar belakang itu, bursa saham mengalami kerugian besar pada hari Jumat, invstor menarik diri dari pasar yang beresiko, termasuk komoditas minyak.

Dorongan penurunan harga minyak juga ditimbulkan dari potensi kenaikan pasokan minyak itu sendiri. Lembaga Informasi Energi AS melaporkan di hari Kamis (30/05/2019) bahwa pasokan minyak mentah AS naik 100.000 barel menjadi 12,3 juta barel per hari pada minggu itu. Angka tersebut cukup mengejutkan, mengingat perkiraan awal justru akan mengalami penurunan sebesar 300.000 barel untuk pekan yang berakhir 24 Mei.

Memang kenaikan pasokan ini masih sejalan dengan laporan lain dari Baker Hughes di hari Jumat, bahwa terjadi kenaikan jumlah rig yang beroperasi dalam sepekan. Jumlahnya naik 3 menjadi berjumlah 800 rig yang beroperasi. Alhasil, kenaikan akitiftas dalam sepekan setelah tiga pekan beruntun menurun memberikan andil bagi kenaikan pasokan.

Sementara itu, eksportir minyak utama Arab Saudi telah meningkatkan produksi pada Mei, sebuah survei Reuters menemukan, tetapi tidak cukup untuk mengkompensasi ekspor Iran yang lebih rendah setelah AS menekan Teheran. Disisi lain, OPEC yang beranggotakan 14 negara memompa 30,17 juta barel per hari (bph) pada bulan Mei, survei Reuters menunjukkan bahwa produksi mereka mengalami penurunan sebesar 60.000 bph dari bulan April. Ini merupakan produksi OPEC yang paling rendah sejak 2015, demikian jajak Reuters menunjukkan. (WK)