Dampak Invasi Rusia, Mengubah Pasar Minyak Dunia

0
57
Crude Oil
Crude Oil Price

Lonjakan harga minyak mentah Arab Saudi untuk pelanggan Asia adalah contoh dunia nyata tentang bagaimana invasi Rusia ke Ukraina mulai memaksa penataan kembali pasar minyak dunia. Berita terkini adalah Saudi Aramco, selaku produsen yang dikendalikan Kerajaan, telah menaikkan harga jual resmi (Official Selling Price, – OSP) untuk minyak mentah Arab Light andalannya bagi konsumen penyulingan Asia ke rekor harga premium dengan naik $9,35 per barel di atas patokan harga regional Oman/Dubai.

Peningkatan OSP ini sebelumnya memang telah diantisipasi pasar. Dalam kajian yang dilakukan oleh Reuters terhadap tujuh penyuling, mereka telah memperkirakan harga akan naik antara $10,70 hingga $11,90. Ini berarti peningkatan aktual dari harga premi kontrak April sebesar $5,90 menjadi $9,35 pada Mei agak di bawah ekspektasi pasar, tetapi masih menjadi pusat perhatian para penyuling Asia, mengingat mereka terpaksa merogoh kocek lebih dalam lagi untuk membayar minyak mentah asal Timur Tengah.

Ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan OSP Saudi, yang cenderung mengatur tren pergerakan harga oleh eksportir besar Timur Tengah lainnya. Pertama adalah premi spot untuk kualitas Timur Tengah mencapai titik tertinggi sepanjang masa di bulan Maret, sebagai tanda yang biasanya menunjuk ke OSP yang lebih tinggi karena menandakan permintaan yang kuat dari penyuling. Namun, saat perdagangan baru-baru ini harga telah merosot karena pedagang fisik mempertimbangkan dampak lebih banyak minyak mentah yang dilepaskan dari cadangan strategis negara-negara pengimpor utama, yang dipimpin oleh AS dimana mereka berkomitmen untuk memasok 180 juta barel selama enam bulan.

Faktor kedua adalah margin kuat yang dinikmati oleh penyulingan Asia, terutama untuk hasil sulingan menengah, seperti diesel. Sebagaimana sebelumnya, keuntungan kilang yang kuat biasanya juga menjadi pemicu bagi produsen untuk menaikkan harga minyak mentah. Saat ini kilang Singapura yang memproses minyak mentah Dubai menghasilkan margin sekitar $18,45 per barel, yang lebih dari tiga kali rata-rata pergerakan 365 hari sebesar $5,03.

Di balik semua faktor ini adalah terjadinya dislokasi pasar minyak mentah global yang disebabkan oleh invasi Rusia pada 24 Februari di negara tetangga Ukraina. Sejauh ini, ekspor minyak mentah dan produk olahan Rusia masih belum ditargetkan oleh sanksi Barat. Namun para pembeli sudah mulai menghindari kargo Rusia dan mencari alternatif. Rusia mengekspor hingga 5 juta barel per hari (bph) minyak mentah dan sekitar 2 juta bph produk, terutama ke Eropa dan Asia termasuk Indonesia, sebelum konflik.

Ekspor minyak mentah dan produk Rusia belum menunjukkan penurunan yang berarti. Tercatat ekspor minyak mentah di bulan Maret pada 4,56 juta barel per hari, turun hanya sedikit dari 4,60 juta barel per hari pada Februari. Tetapi sanksi terhadap minyak mentah Rusia kemungkinan baru akan mulai dirasakan pada bulan April dan Mei, karena kargo yang dimuat pada bulan Maret akan diamankan sebelum invasi 24 Februari, yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus.

Importir Asia seperti Jepang dan Korea Selatan mungkin mulai menarik diri dari membeli minyak mentah Rusia, yang berarti mereka akan tertarik untuk membeli ke Timur Tengah, sehingga kemungkinan akan meningkatkan permintaan kargo dari Arab Saudi dan eksportir lain seperti Uni Emirat Arab dan Kuwait. Sebaliknya, China, importir minyak mentah terbesar di dunia, dan India, terbesar kedua di Asia, mungkin mencoba untuk membeli lebih banyak kargo Rusia, mengingat kedua negara telah menolak untuk mengutuk serangan Moskow di Ukraina. India khususnya akan tertarik untuk mengamankan kargo Rusia yang didiskon besar-besaran, dengan beberapa laporan minyak mentah Ural ditawarkan dengan diskon $35 per barel atau lebih ke patokan global Brent. Pun demikian, masih ada pertanyaan yang masih harus dijawab, termasuk berapa banyak lagi minyak mentah Rusia yang sebenarnya dapat dibeli oleh China dan India, dan mengatur pengangkutannya, terutama dari pelabuhan timur yang dulunya sebagian besar dikirim ke penyulingan Eropa.

Amerika Serikat tidak akan menetapkan “redline ” ke India atas ulahnya mengimpor minyak dari Rusia tetapi Washington tidak ingin melihat India “buru-buru” dalam melakukan pembelian ke Rusia, kata seorang pejabat tinggi AS pekan lalu selama kunjungan ke New Delhi. Juga masih belum jelas seberapa besar sanksi sendiri akan memotong impor minyak mentah Rusia dari Eropa dan Asia.

Apa yang mungkin terjadi adalah bahwa Eropa dan negara-negara demokrasi di Asia, seperti Jepang dan Korea Selatan, secara efektif menukar kargo Rusia mereka dengan China dan India dengan muatan Timur Tengah. Meski begitu, ini tidak mungkin menyerap semua minyak mentah Rusia yang akan tersedia, yang berarti pasar masih harus mencari sumber tambahan, dan eksportir Timur Tengah kemungkinan akan terus mempertahankan OSP pada level yang tinggi.

Dengan kata lain, embargo minyak mentah Rusia mengubah sejumlah negara dalam mendapatkan minyak namun harga masih akan tetap naik juga.