Data Ekonomi Jepang Belum Mampu Bantu Yen Menekan Dolar AS

0
58

JAVAFX – Berita forex di hari Jumat(29/9/2017), data ekonomi Jepang belum mampu bantu yen menekan dolar AS di hari ke 3 perdagangannya sampai saat ini dimana hal ini tidak terlepas dari pengaruh ucapan Yellen yang ingin terus menaikkan suku bunganya secara bertahap dan dimajukannya pemilu Jepang serta masalah tax reforms milik Trump.

Sebelumnya, situasi panas akibat akan perangnya Korea Utara vs AS, membuat Shinzo Abe telah membubarkan Majelis Rendah Jepang kemarin dan dimajukannya pemilu Jepang setahun lebih awal, dimana PM Shinzo Abe harus mempersiapkan pemerintahannya serta ekonominya yang lebih kokoh dalam menghadapi ancaman perang AS-Korea tersebut. Sejauh ini Abe mendapatkan saingan ketat dari Yuriko Koike.

Situasi tersebut membuat untuk sementara USDJPY untuk bergerak menguat di level 112,64, AUDUSD untuk sementara bergerak melemah di level 0,7838, USDCNY untuk sementara bergerak menguat di level 6,6683.

Lemahnya yen sendiri disebabkan juga oleh pernyataan ketua the Fed Janet Yellen di pekan ini yang menganjurkan kenaikan suku bunga AS ini harus tetap terjadwal dan tidak boleh tertunda. Yellen sendiri menegaskan bahwa suku bunga the Fed tetap bisa naik meskipun inflasi AS masih jauh dari target the Fed 2%. Yellen sendiri menyatakan bahwa sungguh tidak bijaksana menahan suku bunga rendah ketika inflasi rendah namun pertumbuhan yang tinggi. Inflasi AS saat ini berada di 1,4%, sedangkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 3,0%, sedangkan suku bunga the Fed diantara 1% hingga 1,25%, sehingga ini bisa menimbulkan gejolak pemanasan ekonomi jika suku bunga masih dibawah laju inflasi, demikian ungkap Yellen.

Pelemahan yen sendiri masih dikategorikan normal-normal saja dengan tetap bertahan di atas level ¥109 dan dibawah level ¥113. Data inflasi Jepang membaik, namun data daya beli rumah tangaa Jepang kurang sesuai dengan ekspetasi pasar, sehingga membuat pasar kurang suka dengan hal tersebut.

Selain itu masalah rencana reformasi pajak AS yang dibuat partai Republik dan Presiden Trump ke parlemen sempat juga membuat pasar memihak dolar AS sejak beberapa hari ini. Pemotongan pajak penghasilan dari 35% menjadi 20% sebetulnya bisa membuat ekonomi AS berkembang pesat dalam beberapa dekade ke depan. Dan tentunya dengan kombinasi pajak yang dipangkas dengan suku bunga naik, maka ekonomi AS sejujurnya masih dapat memberikan capital gain atau keuntungan yang lebih besar ketimbang memegang yen.

Sumber Berita: Investing, MarketWatch, Reuters, Bloomberg
Sumber gambar: Business Insider