Emas Berusaha Membaik di Akhir Pekan

0
75

JAVAFX – Analisa fundamental di hari Jumat(25/8/2017), emas berusaha membaik di akhir pekan perdagangannya kali ini seiring dengan berlansungnya Jackson Hole yang menyajikan Janet Yellen dan Mario Draghi sebagai bintang utama di simposium bankir dunia tersebut.

Menjadi perdebatan dan saling tarik-ulur dalam perdagangan emas beberapa pekan ini dengan upaya perbaikan ekonomi AS yang akan segera dilakukan Trump, dimana sepertinya usaha tersebut masih terus mendapatkan cobaannya sehingga membuat situasi dolar AS belum mampu menekan emas dengan fluktuasi yang besar hingga saat ini.

Sejauh ini dolar AS serta komoditi emas sendiri seakan terjebak dalam situasi harga yang mempunyai range yang tidak lebar, namun sesekali sepertinya akan mengejar harga di atas level $1300 per troy ounce dan tidak ingin jatuh di bawah $1200 per troy ounce. Sejak awal tahun harga emas bertahan di range harga 1200-1300 saja dimana inti dari masalah tersebut adalah mau ke manakah ekonomi AS ini hingga akhir tahun dan bagaimana kelanjutan naiknya suku bunga the Fed?

Seperti kita ketahui fokus kerja the Fed sudah berubah yaitu memperbaiki defisit neraca $4,5 trilyun ditengah inflasi AS yang sulit naik. Disisi lain suku bunga the Fed juga belum ada kepastian kenaikannya, atau malah ditunda hingga tahun depan. Apalagi semangat melemahkan mata uang AS yang sedang dilakukan the Fed juga masih tinggi. Ditambah dengan agenda ekonomi Trump yang makin tidak jelas pasca ancaman kemarin.

Belum diizinkannya pembangunan dinding pembatas AS-Meksiko oleh parlemen AS, membuat Trump dalam sebuah jumpa pers kemarin marah besar dan mengancam akan membubarkan pemerintahan yang sedang berjalan. Artinya bahwa pemilihan umum akan dilakukan lagi bila ancaman Trump memaang terjadi, sehingga nanti ada parlemen baru sehingga agenda reformasi pajak yang sedang dibicarakan pasca reses parlemen dipastikan akan tertunda.

Di sisi lain, tanda-tanda kenaikan suku bunga the Fed sebetulnya masih ada, dimana beberapa data pertumbuhan dan inflasi AS masih membaik. Nanti malam data pesanan barang AS pakai akan rilis, bila membaik maka dolar AS akan menekan, tetapi itupun tidak akan besar karena faktor simposium Jackson Hole akan merintanginya.

Mulai hari ini, simposium Jackson Hole yang merupakan pertemuan rutin dari pemimpin otoritas keuangan dunia, baik fiskal maupun moneter, dapat membuat situasi pasar keuangan global bergejolak. Hampir semua pemutus kebijakan di bidang keuangan dunia akan berkumpul, dimana kali ini Mario Draghi dan Janet Yellen akan menjadi pusat perhatiannya.

Sejenak melupakan ancaman Trump yang ingin membubarkan parlemennya, hari ini Janet Yellen akan diberikan kesempatan pertama untuk berbicara, sebagai tuan rumah, tentunya Yellen akan ditunggu pasar bagaimana kinerja dan rencana kerja dari bank sentral AS dalam menghadapi masalah defisit neraca dan kenaikan suku bunga.

Pun demikian dengan Mario Draghi atau Super Mario, pasar akan menantikan bagaimana masa depan European Stability Mechanism yang merupakan paket bantuan ekonomi Uni Eropa, apakah dikurangi atau tetap dipertahankan.

Yellen akan ditunggu mengenai suku bunganya, dimana kepastian kenaikan di Desember makin kecil persentasenya, dari 50% perkiraan kenaikannya, menjadi sekitar 30% di minggu ini. Pasar memaang sedang meragukan kenaikan lagi di tahun ini, karena the Fed sedang memperbaiki neracanya, dimana biasanya perbaikan neraca akan menghindari perubahan suku bunga dan juga melakukan pelemahan mata uangnya.

Dengan hal ini, maka diperkirakan bahwa dolar AS kemungkinan besar masih akan tertekan dan dapat dimanfaatkan oleh emas untuk membaik lagi.

Seperti semalam bahwa harga emas bergerak menurun namun tidak terlalu bervolatilitas karena memang sedang menunggu simposium tersebut. Harga emas kontrak Desember di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $3,20 atau 0,25% di level $1287,90 per troy ounce. Untuk harga perak kontrak Desember di Comex ditutup melemah $0,09 atau 0,50% di level $17,04 per troy ounce.

Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: MarketWatch (.com)