Emas Masih Tersandung Hawkish Fed

0
82

Emas kembali melemah untuk hari keempat berturut-turut. Sentimen pasar berkurang di tengah keraguan pasar mengenai laju kenaikan suku bunga Fed pada Maret mendatang menyusul data Indeks Biaya Ketenagakerjaan AS pada hari Jumat. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS gagal menarik perhatian pasar terhadap USD di tengah lemahnya pembukaan minggu ini yang diisi dengan data NFP.

Harga emas turun untuk hari keempat berturut-turut, membentuk level terendah intraday terbaru di sekitar $1.786 menjelang pembukaan sesi Eropa Senin. Logam mulia ini gagal memanfaatkan penurunan dolar AS karena imbal hasil obligasi AS masih stabil dan saham berjangka gagal memperpanjang rebound Jumat.

Alasan penurunan emas ini diperkirakan lebih dititik beratkan dengan keraguan pasar menjelang pertemuan Federal Reserve pada Maret, serta laporan data pekerjaan AS minggu ini. Namun, perlu juga dipahami, kekhawatiran geopolitik antara Rusia dan tetangganya Ukraina menambah sentimen pasar untuk menghindari risiko dan menenggelamkan harga emas yang secara teknikal juga menunjukkan tren penurunan.

Indeks Dolar AS juga mengekori imbal hasil obligasi yang sedikit melemah untuk memperpanjang penurunan di sesi Jumat dari level tertinggi sejak Juli 2020. Di balik pergerakan itu mungkin ada keraguan pasar atas laju kenaikan suku bunga Fed pada Maret setelah data harga upah yang baru-baru ini juga suram.

Meskipun sikap hawkish Fed menenggelamkan harga emas minggu lalu, Indeks Biaya Ketenagakerjaan (ECI) Q4 AS memberikan tantangan bagi para pembuat kebijakan Fed yang mengharapkan kenaikan suku bunga 0,50%. Namun demikian, hasil positif dari indeks inflasi yang menjadi parameter Fed, yaitu Indeks Harga PCE Inti untuk Desember naik menjadi 4,9%, dibandingkan perkiraan 4,8% dan 4,7% sebelumnya, menjaga asa The Fed tetap pada rencananya.

Menyusul rilis data AS, Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa ia mengharapkan Fed menaikkan suku bunga pada pertemuan di Maret. Padahal, para pembuat kebijakan menekankan pentingnya hasil data ekonomi sembari mengatakan, “Harus melihat bagaimana data dirilis.”

Senada dengan Kashkari, Presiden Fed cabang Atlanta Raphael Bostic, mengulangi seruannya untuk tiga kenaikan suku bunga pada tahun 2022 dalam sebuah wawancara dengan Financial Times (FT), yang pertama pada bulan Maret.

Di tempat lain, agresi Senat AS terhadap pengesahan undang-undang untuk mengenakan sanksi ekonomi terhadap Rusia juga membebani risk appetite. “Para senator AS hampir mencapai kesepakatan tentang undang-undang untuk memberikan sanksi kepada Rusia atas tindakannya di Ukraina, termasuk beberapa tindakan yang mungkin berlaku sebelum invasi apa pun, kata dua senator terkemuka pada hari Minggu”. (JvFx/DnY)