Emas Turun Terimbas Aksi Protes di AS

0
53

JAVAFX – Harga emas ditutup turun secara moderat pada perdagangan di hari Senin (01/06/2020). Dimana investor menimbang faktor permintaan logam mulia ditengah aksi protes nasional di AS menyusul kematian seorang pria kulit hitam di Minneapolis. Disisi lain, terkait dengan ketegangan AS-Cina soal Hong Kong, serta beberapa data yang mengarah ke pemulihan ekonomi turut andil memberikan sentiment bullish.

Aksi protes dan situasi perang perdagangan dapat memiliki efek positif dan negatif pada harga emas. Mereka dapat memiliki efek negatif pada ekonomi dan mengurangi permintaan fisik untuk emas, disisi lain juga dapat meningkatkan permintaan emas dalam konteks sebagai asset safe haven.

Harga emas untuk pengiriman Agustus di bursa Comex turun $ 1,40, atau 0,08%, menjadi menetap di $ 1,750.30 per ounce. Kontrak teraktif diperdagangkan antara terendah $ 1.737,60 dan tertinggi $ 1.761 pada hari Senin, menurut data FactSet. Sementara Indek Dolar AS turun 0,2%.

Menariknya, aksi protes yang meluas di AS turut menambah kekhawatiran datangnya gelombang kedua virus corona bisa menghantam kota-kota besar AS. Kerusuhan sipil meletus di kota-kota besar dari Los Angeles ke New York ketika kemarahan atas kematian dalam tahanan polisi terhadap George Floyd Senin lalu memicu demonstrasi. Seorang perwira polisi Minneapolis, Derek Chauvin, ditangkap dalam video yang menggerakkan lututnya ke leher Floyd hingga pria yang diborgol itu kehilangan kesadaran dan kemudian meninggal.

Untuk saat ini, ekonomi A.S., telah menunjukkan beberapa tanda pemulihan sebagai penguncian COVID-19 di negara itu karena untuk memudahkan.

Sementara itu, Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks manufaktur naik menjadi 43,1 bulan lalu dari level terendah 11-tahun 41,5 pada April, sementara Departemen Perdagangan melaporkan bahwa pengeluaran untuk proyek-proyek konstruksi AS turun lebih kecil dari yang diharapkan 2,9% pada April.

Bloomberg News melaporkan pada hari Senin bahwa China siap untuk menghentikan pembelian beberapa impor pertanian A.S., termasuk kedelai. Itu mengikuti tekad Departemen Luar Negeri AS bahwa Hong Kong tidak lagi otonom dari Cina dan langkah Presiden Donald Trump untuk mengakhiri hubungan perdagangan khusus AS dengan Hong Kong.