Harga Emas Ingin Bertahan di Jalur Penguatannya

0
761

JAVAFX – Analisa fundamental di hari Selasa(2/1/2018), harga emas ingin bertahan di jalur penguatannya di awal tahun perdagangan hari ini dengan mengharapkan bahwa rasa safe haven masih berlanjut dengan sentimen negatif terhadap politik dan ekonomi AS berlanjut di pekan ini.

Seperti kita ketahui bahwa pasar di perdagangan akhir tahun kemarin kemarin, kondisi greenback masih mengalami tekanan lagi dari emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $8,00 atau 0,61% di level $1305,30 per troy ounce. Sepanjang tahun lalu, emas berhasil mengalami penguatan sebesar 13,4% meskipun ada 3 kali kenaikan suku bunga the Fed.

Safe haven emas di kala Natal masih ada rasanya sampai akhir tahun perdagangan tahunan dengan sentimen safe haven emas yang terus merebak pasca PBB memberikan sanksi baru kepada Korea Utara di pekan lalu dan awal pekan ini AS menambah sanksi lagi sehingga Korea Utara sendiri beranggapan bahwa sanksi tersebut merupakan pemicu adanya rasa gusar yang memuncak dan bisa menimbulkan situasi yang tidak nyaman bagi investor dalam berinvestasi sehingga mereka mengambil inisiatif melanjutkan sisi pengamanan portfolionya.

Situasi penguatan emas sendiri sudah terlihat sejak lolosnya RUU pajak menjadi UU pajak yang baru di pertengahan lalu karena paket reformasi fiskal ini menurut kami yang berdasarkan dari teori ekonomi yang ada, memang tidak biasa dilakukan sebuah negara ketika kondisi kinerja ekonominya sedang bagus dan aman dari gejala resesi sehingga hal ini menimbulkan pro dan kontra, dimana pemotongan pajak ini membuat defisit anggaran AS membengkak $1,5 trilyun sehingga akan membuat kinerja dolar AS tidak membaik.

Namun di sisi lain memang bisa mendorong laju pertumbuhan ekonomi AS dimana belanja investasi dan belanja konsumen dalam negeri bisa menguat. Maka bank sentral AS justru mengalami tekanan untuk terus meningkatkan suku bunganya. Diperkirakan bahwa reformasi pajak ini bisa membuat the Fed di 2018 menaikkan suku bunganya 4 kali. Mendengar kenaikan suku bunga justru akan mendorong investor memborong dolar AS dan meninggalkan emas.

Namun di sisi lain, beberapa bank sentral utama dunia seperti ECB, BoJ dan BoE tidak kalah sengit juga mempunyai proyeksi dari pasar bahwa akan mengetatkan kebijakan moneternya alias akan menaikkan suku bunganya juga. Hal ini terkait dengan membaiknya pula kinerja ekonomi mereka dan demi menghindarkan diri dari panasnya ekonomi atau overheating, maka bank sentral harus menaikkan suku bunganya juga.

Inilah yang membuat dolar AS sendiri merasa kesulitan untuk melawan emas karena pihak di luar AS sedang membaik ekonominya, disertai pula bahwa banyak dari kebijakan politik Trump yang sangat tidak populer di mata investornya, seperti contohnya konflik dengan Korea Utara dan pengukuhan Yerusalem sebagai ibukota Israel yang telah ditolak PBB.

Harapan penguatan dolar AS memang masih tipis dimana unsur ini sebagai usaha memperbaiki neraca keuangan AS dan sudah kami endus sejak bulan lalu dimana sisi ini memang sengaja dilakukannya dengan bukti dari para pejabat the Fed yang tidak ada komentar sedikitpun untuk membantu memulihkan dolar AS. Sisi ini membuat kondisi keuangan AS alias neraca pendapatan AS bisa pulih karena perbedaan nilai yang melemah justru akan meningkatkan devisa AS dan mengeringkan devisa non-dolar AS sehingga membuat emas terpuruk nantinya.

Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: Reuters