Harga Emas Masih Ingin Menguat

0
821

JAVAFX – Analisa fundamental di hari Kamis(7/12/2017), harga emas masih ingin menguat kembali pada perdagangan hari ini sehingga kami melihat bahwa emas kemungkinan besar masih akan berusaha mendekati kembali level psikologis emas di $1300 pertroy ounce. Sehingga saat ini muncul harapan bahwa harga emas akan mempertahankan sisi keperkasaannya kembali seperti dominasinya beberapa hari perdagangan yang lalu dengan munculnya beberapa situasi geopolitik seperti di Timur Tengah maupun di Korea bahkan didalam kondisi pemerintahan AS sendiri.

Seperti kita ketahui bahwa pasar diperdagangan kemarin kondisi greenback masih berani bergerak menekan emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $1,96 atau 0,19% di level $1263,80 pertroy ounce.

Tren pergerakan emas memang masih terlihat negatif dimana sisi reformasi pajak yang mendapatkan titik terang pasca Senat AS dan tinggal berekonsiliasi dengan Kongres AS tetap masih menjadi pusat perhatian perdagangan pekan ini selain menantikan data nonfarm payroll. Namun seyogyanya bahwa kebijakan bantuan fiskal memang akan segera dilaksanakan mulai awal 2019 dan kebijakan tersebut memang fenomenal bagi pemerintahan administrasi Trump yang untuk pertamakalinua berhasil meloloskan rancangan undang-undangnya setelah sebelumnya gagal meloloskan penggantian ObamaCare.

Sisi pemotongan pajak penghasilan tersebut akan membawa berkah yang cukup besar bagi laju pertumbuhan ekonomi AS, khususnya daya beli masyarakat, yang dipercaya bisa meningkatkan sekitar setengah persen laju PDB pertahunnya, dan ini memang sangat diharapkan oleh the Fed dalam usahanya menormalkan kembali tingkat suku bunganya. Kisaran normal suku bunga the Fed untuk sementara di kisaran 2,5% hingga 3%. Mendengar kenaikan suku bunga the Fed tentu menjadi berkah bagi greenback dan arahan jual bagi mata uang dunia lainnya serta emas. Faktor suku bunga the Fed memang masih menjadi magnet bagi masa depan greenback dalam usahanya memulihkan ekonominya.

Namun sisi sangsi investor masih tinggi dengan pemotongan pajak tersebut dimana rasa penggelembungan aset yang berarti juga akan kembali dimasa sesaat sebelum meletusnya resesi keuangan 2008 lalu yang ditandai dengan pasar saham AS yang melambung tinggi padahal sisi hutang negara AS makin membesar sehingga kami curiga bahwa ada sebuah porfolio yang bisa disentuh oleh sembarang pihak seperti kasus krisis 2008 tersebut dimana subprime mortgage memunculkan credit default swap atau CDS yang memang tidak bisa disentuh oleh semua pihak.

Sisi kecurigaan ini muncul ketika greenback sendiri tidak terlalu menguat ketika sisi fundamental ekonomi AS membaik dibarengi reformasi pajak tersebut, malahan jalannya pemerintahan AS sudah diambang kebangkrutan dan terancam ditutup sebelum akhir tahun.

Sebuah situasi kritis ini juga dipicu oleh Presiden Trump yang ingin menjadikan Yerusalem sebagai ibukota Israel dan usaha memancing perang dengan Korea Utara agar segera terjadi melalui latihan perang AS-Korea Selatan yang sedang terjadi sekarang ini dengan gerakan-gerakan yang konfrontatif. Kondisi ini memang seharusnya tidak menguntungkan dolar AS, sehingga bila kondisi ini berjalan hingga akhir pekan, maka ada kesempatan bagi emas untuk melakukan perlawanannya kepada greenback.

Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: Bloomberg