Harga Emas Sepertinya Sulit Bertahan Di Area Positif

0
78

JAVAFX – Harga emas sepertinya sulit bertahan di area positif pada perdagangan hari ini namun dengan berharap masih ada pengaruh perang dagang yang tetap muncul sehingga sisi beli emas masih terjaga hingga rilisnya data tenaga kerja AS esok malam.

Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan kemarin, kondisi greenback mengalami tekanannya dari emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $2,90 atau 0,22% di level $1340,20 per troy ounce.

Nilai emas sempat membaik tajam semalam dan mendekati level tertinggi 5 pekannya, namun lambat laun meredup penguatannya setelah pasar saham Wall Street membaik serta ada dukungan dari masih baiknya juga data ekonomi AS. Perimbangan kondisi antara perang dagang AS-China serta kondisi kinerja ekonomi AS sendiri telah membantu dolar AS untuk bertahan dari gempuran aksi safe haven aset itu sendiri.

Tampaknya situasi perang dagang masih tetap menghiasi perdagangan hari ini, apalagi bertepatan dengan pasar keuangan China yang sedang libur, maka ada kesempatan bagi dolar AS memberikan perlawanan sejenak kepada emas, sebelum Gedung Putih mengumumkan daftar produk-produk China yang akan terkena tarif baru dari Trump.

Sebelumnya secara mengejutkan kemarin Beijing sendiri meningkatkan sisi persaingan perdagangan tersebut di mana sekitar 106 produk asal AS terkena tarif baru dari China, seperti pesawat terbang, kedelai dan mobil, sehingga diperkirakan AS akan mengalami kerugian sekitar $50 milyar per tahunnya. Situasi seperti ini tentunya akan mendatangkan potensi aksi safe haven di mana yang akan diuntungkan seperti emas.

Namun situasi ekonomi AS sendiri masih solid belakangan ini, sehingga potensi koreksi dolar AS atau penguatan emas pun masih akan terbatas, mengingat investor memang sedang menantikan data tenaga kerja AS yang baru akan rilis esok malam.

Menilik atau melihat data ADP yang tetap konsisten ada penambahan jumlah tenaga kerja baru yang lebih baik daripada perkiraan pasar, maka investor justru segera paham untuk tetap memegang aset-aset berdenominasi dolar AS, sebagai bentuk antisipasi sejenak.

Investor tampak juga enggan terlalu lama memegang aset-aset non-dolar AS dan emas. Bila data membaik, dapat dipastikan sisi laju pertumbuhan ekonomi atau PDB dan sisi laju inflasi atau IHK atau CPI juga akan meningkat. Dengan peningkatan di kedua sisi tersebut, maka ekonomi AS akan memanas, sehingga dibutuhkan kenaikan suku bunga the Fed untuk meredam ekonomi yang panas tersebut. Disinilah letak kokohnya dolar tersebut untuk memberikan tekanan kepada emas.

  • Penulis: Adhi Gunadhi
    Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg.
    Sumber gambar: Reuters