Harga Minyak 3 Digit Adalah Keniscayaan

0
25
Harga Minyak Gak Bertenaga, Tertekan Dekat Level Terendah Satu Bulan

Awalnya, OPEC+ diminta untuk melepaskan pengurangan produksinya namun akhirnya kemudian pasar menyadari bahwa mereka juga mengalami kesulitan untuk memenuhi target produksi dalam pakta tersebut. Bukan hanya dari anggota yang tidak memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi, tetapi juga anggota yang dapat memproduksi lebih ternyata juga mengalami kesulitan dalam menggenjot kapasitas produksi. Akibatnya, dunia mengalami krisis pasokan, sehingga harga minyak melonjak lebih lanjut.

Sebagian besar kapasitas cadangan global dunia saat ini dipegang oleh anggota OPEC Timur Tengah, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA). Kedua produsen tersebut memiliki potensi untuk meningkatkan produksi mereka karena OPEC+ terus mengurangi pemotongan, tetapi mereka melakukannya dengan mengorbankan kapasitas cadangan yang menurun.

Dengan latar belakang kapasitas produksi yang rendah dapat menjadi panggung bagi harga minyak mentah untuk melakukan reli yang berkepanjangan. Hal ini tak lepas dari kondisi dunia yang belum memiliki penyangga untuk dapat mengimbangi gangguan pasokan yang tiba-tiba, sesuatu yang selalu mengintai di pasar minyak dunia.

Misalnya, kerusuhan di Kazakhstan dan blokade di Libya pada bulan lalu. Kedua hal yang menjadi pusat perhatian pasar ini menjadi sebuah tantangan yang akan dihadapi pasar minyak terkait dengan potensi penurunan kapasitas cadangan minyak yang menyusut. Kondisi yang demikian ini diperparah dengan kenyataan lain bahwa OPEC+ yang sedianya akan menambahkan produksi 400 ribu barel per hari (bph) pada bulan Februari ke kuota produksinya setiap bulan sampai ia melepas semua pemangkasan yang dilakukan sebelumnya, terlihat masih kesulitan memenuhi target produksinya.

Masalah dalam OPEC+ adalah bahwa hanya segelintir anggota mereka sebagai produsen yang dapat menyimpan beberapa kapasitas sebagai cadangan sambil meningkatkan produksi. Beberapa yang dapat mencakup produsen utama OPEC dan pengekspor minyak terbesar dunia, Arab Saudi, UEA, dan sampai batas tertentu, Kuwait dan mungkin Irak. Iran sendiri masih di bawah sanksi AS, memiliki lebih dari 1 juta barel per hari yang dapat kembali ke pasar. Tetapi Iran akan dapat memanfaatkan kapasitas itu hanya jika perundingan nuklir yang sedang berlangsung berhasil. Tentu saja ini akan masih diragukan oleh akan terjadi dalam waktu dekat.

Dengan Iran saat ini keluar dari persamaan, sebagian besar terserah negara-negara Teluk Arab untuk menghasilkan lebih banyak minyak dan pada saat yang sama memiliki beberapa kapasitas cadangan yang tersisa. Masalah lainnya adalah kapasitas cadangan papan nama mungkin tidak sama dengan kemampuan produsen untuk memompa minyak sebagaimana batas kapasitas cadangan belum pernah diuji, bahkan termasuk Arab Saudi.

Sementara itu, Amerika Serikat, Kanada, dan Brasil yang semuanya berada di luar pakta OPEC+—diperkirakan akan meningkatkan produksi minyak mereka tahun ini karena harga tinggi dan permintaan yang meningkat mendorong lebih banyak aktivitas dan pengeboran. Dimana kenaikan produksi minyak serpih AS pada tahun ini diperkirakan masih tidak akan mendekati lonjakan produksi sebagaimama pada periode 2018-2019.

Dengan permintaan yang diperkirakan akan melebihi tingkat sebelum COVID tahun ini, kapasitas cadangan yang rendah dan investasi hulu yang rendah dalam beberapa tahun terakhir menyiapkan panggung untuk harga minyak yang lebih tinggi.

OPEC+ akan melihat kapasitas cadangannya berkurang menjadi hanya 2,3 juta barel per hari pada Juli 2022, pada puncak musim mengemudi, menurut perkiraan Bloomberg. Ini akan menjadi kapasitas cadangan terendah sejak akhir 2018. Sebagian besar akan dipegang oleh produsen Teluk Arab—satu-satunya yang dianggap mampu memompa kuota OPEC+ mereka sepanjang tahun ini.

Bahkan Rusia sedang berjuang dari kemunduran baru-baru ini dalam upayanya untuk memompa kuota, dan kemungkinan akan terus tertinggal dalam beberapa bulan mendatang, analis mengatakan kepada Bloomberg. Rusia mungkin dapat meningkatkan produksinya sebesar 60.000 barel per hari setiap bulan pada paruh pertama tahun 2022—lebih dari setengah dari pertumbuhan produksi bulanan sebesar 100.000 barel per hari yang menjadi haknya, menurut analis yang disurvei oleh Bloomberg.

Pasokan Rusia akan turun dalam dua bulan ke depan, menurut pendapat Bank of America, pada minggu lalu. Menurut mereka harga minyak sebesar tiga digit bukan hal yang mustahil pada kwartal kedua tahun ini. Hal ini didorong oleh pulihnya permintaan secara signifikan, sementara pasokan OPEC+ justru mulai turun dalam dua bulan ke depan, mengingat hanya Arab Saudi dan UEA yang dapat memproduksi barel tambahan untuk ditambahkan ke pasar.

Selain itu, OPEC+ yang telah meremehkan target produksi kolektifnya selama berbulan-bulan dan kemungkinan akan terus melakukannya di bulan-bulan mendatang. Pejabat OPEC sendiri mengakui bahwa kelompok OPEC+ akan berjuang untuk meningkatkan pasokan sebanyak yang dimungkinkan oleh kenaikan bulanan, dan harga bisa melonjak hingga $100 per barel, ujar mereka kepada Reuters.

Selain Bank of America, bank-bank besar Wall Street lainnya juga memperkirakan bahwa penurunan kapasitas cadangan dan ketidakmampuan produsen OPEC+ akan menyebabkan harga minyak tiga digit.Harga minyak bisa mencapai $100 tahun ini dan naik menjadi $105 per barel pada 2023 didukung oleh “defisit yang sangat besar” karena dampak Omicron yang lebih ringan dan berpotensi lebih singkat pada permintaan minyak, kata Goldman Sachs minggu ini.

Menurut mereka, hal ini karena substitusi gas-ke-minyak, kekecewaan pasokan, dan permintaan yang lebih kuat dari perkiraan pada Q4 2021, persediaan OECD akan turun pada musim panas ke level terendah sejak 2000, catat analis Goldman. Selain itu, kapasitas cadangan OPEC+ adalah juga akan turun ke level terendah secara historis sekitar 1,2 juta barel per hari.” Pada $85/bbl, pasar akan tetap pada level kritis seperti itu, buffer yang tidak mencukupi relatif terhadap volatilitas permintaan dan pasokan, hingga 2023,” kata Goldman Sachs dalam sebuah catatan.

JP Morgan sendiri memperkirakan penurunan kapasitas cadangan OPEC+ akan meningkatkan premi risiko harga, dan melihat harga minyak mencapai $125 per barel tahun ini dan $150 per barel tahun depan. Mereka melihat bahwa pasar mengalami kekurangan investasi global dalam pasokan minyak.