Harga Minyak Belum Berani Menguat Besar

0
443

JAVAFX – Berita komoditas di hari Selasa(21/11/2017), harga minyak belum berani menguat secara besar pada perdagangan sore hari ini dengan informasi bahwa investor khawatir bila penguatan harga minyak dunia bisa memperbanyak produksi minyak serpih AS sehingga upaya pembatasan pasokan minyak dunia oleh OPEC bisa gagal tujuannya.

ABN Amro mempunyai proyeksi harga minyak ditahun depan bisa mendekati $75 perbarelnya berdasar perkiraan OPEC, dimana ABN Amro sangat yakin bahwa komitmen ini akan dijaga oleh Rusia dan Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar di dunia. Morgan Stanley juga berkeyakinan bahwa harga minyak dunia sedang menantikan pertemuan akhir bulan nanti, bila investor terlalu lama menunggu kepastian perpanjangan waktu tersebut, maka dapat membuat investor minyak juga akan mulai meninggalkan sisi belinya lagi seperti di perdagangan awal pekan ini.

Sedangkan FGE sendiri merasa kuatir dengan masa depan pasokan minyak dunia karena berpandangan jika harga minyak berkisar $65 hingga $75 perbarel maka produksi minyak serpih AS di 2018 hingga 2019 akan naik sekitar 1,1 juta bph hingga 1,5 juta bph. Kalaupun setelah 2018, atau masuk 2019, jika tidak ada komitmen pembatasan pasokan lagi, maka OPEC masih punya cadangan produksi minyak sekitar 1,5 juta bph, sedangkan Rusia dan Kazakhstan punya cadangan yang bisa dielaborasi sekitar 500 ribu bph.

Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak November di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,11 atau 0,19% di level $56,53 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Desember di pasar ICE Futures London sementara sedang menguat $0,26 atau 0,42% di harga $62,48 per barel.

Sebetulnya sisi optimis terjadi karena kenaikan harga minyak masih bisa terjadi melihat di agenda pertemuan evaluasi kesepakatan pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph pada 30 November di Wina, sudah dipastikan akan membahas perpanjangan waktu komitmen tersebut hingga akhir 2018 setelah sebelumnya kesepakatan waktunya berakhir Maret 2018, demikian ungkap Sekjen OPEC Mohammad Barkindo awal pekan itu.

Rusia sempat ragu untuk ikut ambil serta juga dalam perpanjangan waktu pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph sepanjang 201i8 tersebut. Namun karena melihat produksi minyak AS yang terus bangkit, Rusia merasa kuatir sendiri terhadap masa depan harga minyak dunia, sehingga pekan lalu diputuskan bahwa Rusia akan mengikuti irama kebijaksanaan Arab Saudi.

Barkindo juga menyatakan meski pasokan minyak AS makin membesar, namun produksi minyak OPEC makin mengecil dan didukung pula permintaan minyak dunia yang meningkat khususnya dari pasar Asia dan Eropa, sehingga OPEC sangat yakin bahwa pasokan minyak dunia akan segera menempati porsi yang seimbang antara permintaan dengan penawarannya. OPEC juga menaikkan perkiraan permintaan minyaknya dimana dunia membutuhkan pasokan minyak OPEC sebesar 33,42 juta bph di tahun depan, dan ini berarti ada kenaikan permintaan minyak mentah OPEC sebesar 260 ribu bph.

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Reuters