Harga Minyak Cenderung Dalam Tekanan

0
55

JAVAFX – Berita komoditas di hari Senin(21/7/2017), harga minyak cenderung dalam tekanan pada perdagangan sore ini, sebagai bentuk aksi ambil untung sejenaknya meskipun pasokan minyak dunia akan menipis dan jelang berakhirnya kontrak WTI.

Pada perdagangan bursa komoditi dari pagi hingga sore hari ini, minyak masih bergerak sedang-sedang saja namun terkesan bergerak dengan sisi jualnya yang kecil sebagai bentuk pertahanan sejenak pasca perdagangan akhir pekan lalu yang berhasil ditutup menguat tajam 3% didorong akan besarnya permintaan minyak global dan menurunnya stok minyak AS.

Faktor masih tingginya produksi OPEC dan AS, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $0,09 atau 0,12% di level $48,42 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,23 atau 0,44% di harga $52,49 per barel.

Awal pekan ini, kontradiksi produksi AS yang naik 13% yang diimbangi dengan persediaan minyak AS yang mengalami penurunan sebesar 13%, membuat investor lagi bingung memastikan langkah tren harga minyak selanjutnya. Pekan lalu, Energy Information Administration menyatakan bahwa persediaan minyak pemerintah AS sudah turun 7 minggu berturut-turut dan terendah sejak September tahun lalu.

EIA juga melaporkan bahwa stok minyak pemerintah minggu lalu turun 8,9 juta barel, tetapi EIA juga menyatakan bahwa produksi minyak AS mengalami peningkatan 79 ribu barel perhari menjadi 9,502 juta barel perhari dan merupakan produksi harian tertinggi sejak pertengahan 2015 lalu.

Padahal seperti kita ketahui bahwa musim berkendara di AS sudah akan mulai berakhir dan anak sekolah sudah akan memasuki musim belajar kembali dan biasanya permintaan minyak di AS akan turun, namun produksi minyak AS malah tambah naik, inilah yang membuat investor kuatir terhadap suplai global akan meninggi.

Menurut perkiraan perusahaan penyedia informasi industri, Genscape, bahwa persediaan di pusat minyak mentah AS, Cushing Oklahoma, telah mengalami penurunan sebesar lebih dari 1 juta barel dalam seminggu lalu hingga 15 Agustus, ini sedikit kontradiksi dari data resmi pemerintah hingga 11 Agustus bahwa persediaan minyak mentah meningkat 700 ribu barel. Inilah yang membuat investor bingung.

Namun patut diwaspadai bahwa kontrak minyak WTI September akan berakhir di Selasa ini, sehingga investor nampaknya harga kemungkinan besar akan ditarik menguat lebih besar.  Demikian ungkapan Baker Hughes dalam laporan mingguannya akhir pekan lalu bahwa di AS terjadi pengurangan kilang minyak yang aktif sebanyak 5 kilang di tutup menjadi total 763, ini merupakan penutupan ke 2 dalam 3 minggu terakhir.

Pertanda bahwa AS akan mengalami pengurangan produksi minyaknya karena harga yang terus rendah. Akhir pekan lalu, minyak berhasil keluar dari tekanan jualnya setelah sebuah isu kuat berkembang bahwa kilang pengolahan minyak milik Exxon Mobil di Baytown AS akan ditutup. Kilang yang mempunyai kapasitas pengolahan minyak mentah sebesar 584 ribu barel perhari ini menjadi kilang pengolahan minyak mentah terbesar ke 2 yang dimiliki AS.

Seperti terungkap beberapa pekan ini dimana perdagangan kemarin ditutup dengan sisi penguatan lagi sehingga harga minyak masih berada di level 3 minggu terendahnya. Ini juga menampakkan situasi yang sebelumnya yang dipengaruhi kondisi yang panik setelah dari pertengahan Juli hingga minggu ini, harga minyak selalu berkisar antara $45 hingga $52 per barel, karena nampaknya pula bahwa minyak WTI punya sisi resistansi yang kuat di level $50 perbarel dan support beli di level $46 perbarel.

Selain itu, pasokan minyak dunia juga akan turun sebesar 1,8 juta barel perhari berdasarkan kesepakatan atau komitmen pemangkasan produksi minyak dari OPEC dan 11 negara produsen non-OPEC lainnya. Kami melihat bahwa penurunan tipis hari ini merupakan aksi jual sesaat saja sambil menantikan data-data menarik lainnya.

 

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, CNBC, MarketWatch
Sumber gambar: CNN Money