Harga Minyak Hadapi Aksi Ambil Untung

0
79

JAVAFX – Harga minyak hadapi aksi ambil untung untuk pertama kalinya sejak 9 hari perdagangan sebelumnya setelah terungkap bahwa Rusia tidak setuju untuk memangkas produksi minyaknya lebih lanjut.

Antiklimaks kenaikan harga minyak terjadi jelang Rusia menjadi tuan rumah pembahasan komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC 1,8 juta barel perhari yang akan diselenggarakan pada 24 Juli nanti. Alexander Novak sebagai menteri minyak Rusia memang tidak secara terang-terangan menyatakan keberatan untuk mengurangi produksinya, namun beberapa sumber terpercaya mengungkapkan secara isyarat bahwa Rusia sebetulnya sangat keberatan terhadap langkah kelanjutan komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel perhari tersebut hingga Maret 2018.

Sejauh ini Rusia masih mempertanyakan keefektifan pemangkasan produksi tersebut ditengah gelombang produksi minyak AS yang membabi-buta serta makin rendahnya permintaan impor minyak dari beberapa negara industri besar di Asia seperti China, India dan Jepang.

Tidak sepakatnya Rusia dalam pemangkasan minyak lebih lanjut, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Agustus di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan kemarin ditutup melemah $1,46 atau 3,10% di level $45,61 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup melemah $1,32 atau 2,66% di harga $48,29 per barel.

Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sudah mengalami penurunan kurang lebih 14%, sedikit lebih rendah dari awal kuartal 1998 yang turun 19%, dikarenakan masih adanya persaingan diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan di 30 November nanti.

Sebetulnya produksi minyak AS sedang menurun, seperti diungkap oleh Baker Hughes yang mengumumkan pertama kalinya sejak 23 minggu lalu mengenai jumlah kilang minyak AS ada yang diaktifkan kembali, akhir pekan lalu Baker Hughes menyatakan 2 kilang minyak dinyatakan di non-aktifkan lagi. Hal ini menandakan bahwa AS sendiri khawatir dengan melimpahnya produksi minyaknya yang dapat menurunkan harga minyak seperti yang terjadi bulan lalu.

Rabu malam minggu lalu, dinyatakan dalam laporan mingguannya, Energy Information Administration memaparkan data bahwa stok minyak pemerintah AS naik 118 ribu barel, diatas perkiraan pasar yang minus 2,1 juta barel, serta menyatakan bahwa produksi minyak AS mengalami penurunan sebesar 100 ribu barel perhari menjadi 9,25 juta barel perhari.

EIA juga menyatakan bahwa persediaan bahan bakar minyak atau bensin mengalami penurunan sebesar 894 ribu barel, diatas perkiraan pasar yang turun 583 ribu barel. Sedangkan minyak suling atau minyak distilasi mengalami penurunan juga menjadi 223 ribu barel, jauh dibawah perkiraan pasar yang naik 453 ribu barel.

Artinya bahwa penurunan produksi minyak AS ini terjadi akibat ditutupnya sementara beberapa kilang minyak di Teluk Mexico, sehingga diperkirakan sekitar 17,2% produk minyak AS akan hilang ketika penutupan tersebut. Penutupan ini terjadi setelah topan Cindy kala itu melanda di kawasan AS bagian Tenggara dan Timur.

Hari ini investor minyak menantikan data persediaan minyak mingguan dari pemerintah AS, bila stok minyak menurun maka harga bisa membaik kembali.

 

Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: Arabianindustry (.com)