Harga Minyak jatuh di atas 1 persen, permintaan China mengecewakan

0
37
A flare from an ocean-based oil rig burning LNG as part of its exploration activities. Ocean water spraying from the rig provides a heat shield and cools the rig and other equipment.

Harga minyak turun lebih dari satu persen di sesi Asia pada Senin sore, setelah data China menunjukkan bahwa permintaan dari importir minyak mentah terbesar dunia tetap lesu pada September karena kebijakan ketat COVID-19 dan ekspor bahan bakar membatasi konsumsi.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember tergelincir satu dolar AS atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 92,50 dolar AS per barel pada pukul 06.09 GMT, setelah menguat 2,0 persen minggu lalu.

Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember diperdagangkan di 84,02 dolar AS per barel, merosot 1,03 dolar AS atau 1,2 persen..

Meskipun lebih tinggi dari Agustus, impor minyak mentah China September sebesar 9,79 juta barel per hari turun 2,0 persen di bawah tahun sebelumnya, data bea cukai menunjukkan pada Senin, karena penyulingan independen membatasi throughput (tingkat pengolahan kilang) di tengah margin tipis dan permintaan yang lesu.

“Pemulihan baru-baru ini dalam impor minyak tersendat pada September,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Ia menambahkan bahwa penyulingan independen gagal memanfaatkan peningkatan kuota karena penguncian terkait COVID yang sedang berlangsung membebani permintaan.

“Ini diperburuk oleh penurunan margin kilang dan pembatasan ekspor produk,” kata para analis.

Arab Saudi dan Rusia bersaing ketat sebagai dua pemasok utama China pada September.

Ketidakpastian atas kebijakan nol-COVID China dan krisis properti merusak efektivitas langkah-langkah pro-pertumbuhan, analis ING mengatakan dalam sebuah catatan, meskipun pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga mengalahkan ekspektasi.

Data PDB datang sehari setelah Xi Jinping mengamankan masa kepemimpinan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Minggu (23/10/2022), memperkuat posisinya sebagai penguasa paling kuat di negara itu sejak Mao Zedong.

Harga minyak Brent naik minggu lalu meskipun Presiden AS Joe Biden mengumumkan penjualan sisa 15 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis AS.

Penjualan tersebut merupakan bagian dari rekor pelepasan 180 juta barel yang dimulai pada Mei.

Biden menambahkan bahwa tujuannya adalah untuk mengisi kembali stok ketika minyak mentah AS berada di sekitar 70 dolar AS per barel.

“Komentar Biden bahwa AS hanya akan membeli minyak mentah setelah harga mencapai 70 dolar AS per barel memberikan level support yang kuat,” kata ANZ.

Pekan lalu perusahaan-perusahaan energi AS menambahkan rig minyak dan gas alam untuk minggu kedua berturut-turut karena harga minyak yang relatif tinggi mendorong perusahaan untuk mengebor lebih banyak, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam sebuah laporan pada Jumat (21/10/2022).