Harga Minyak Melemah Tajam

0
99

JAVAFX – Berita komoditas di hari Selasa(15/8/2017),

Harga minyak melemah tajam pada perdagangan awal pekan ini dipicu oleh produksi minyak OPEC dan AS yang terlihat akan naik serta rendahnya tingkat kepatuhan dalam pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel perhari.

Faktor menguatnya dolar AS dan produksi minyak AS yang akan naik membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan sebelumnya ditutup melemah $1,32 atau 2,70% di level $47,50 per barel.

Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup melemah $1,49 atau 2,86% di harga $50,61 per barel.

Seperti terungkap beberapa pekan ini dimana perdagangan awal pekan kemarin ditutup dengan sisi pelemahan yang cukup tajam sehingga harga minyak berada di level 3 minggu teredahnya.

Ini juga menampakkan situasi yang sebelumnya yang dipengaruhi kondisi yang panik setelah dari pertengahan Juli hingga minggu ini, harga minyak selalu berkisar antara $45 hingga $52 per barel, karena nampaknya pula bahwa minyak WTI punya sisi resistansi yang kuat di level $50 perbarel.

Investor minyak serasa terjebak dengan suasana harga tersebut karena mereka sangat kuatir terhadap masa depan dari komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC dimana kepatuhan komitmen mereka kembali merendah dan masih akan meningginya produksi minyak AS kedepannya.

International Energy Agency yang berbasis di Paris, menyatakan akhir pekan lalu bahwa bahwa produksi minyak dari OPEC pada Juli lalu mengalami kenaikan sebesar 230 ribu barel perhari menjadi 32,84 juta barel perhari.

Sedangkan EIA semalam menyatakan bahwa produksi minyak bulan September akan naik 117 ribu barel perhari menjadi 6,149 juta barel perhari, menandakan bahwa produksi minyak AS naik tiap bulan sejak awal tahun ini.

OPEC sendiri pekan lalu menyatakan bahwa produksi minyaknya naik 0,5% atau 173 ribu barel perhari menjadi 32,87 juta barel perhari.

Kenaikan ini ditunjang dari produksi yang mulai membesar di kilang Libya dan Nigeria.

OPEC juga memperkirakan bahwa permintaan minyak di tahun ini meningkat sekitar 100 ribu barel perhari sehingga akhir tahun ini diperkirakan permintaan minyak akan bertambah sekitar 1,37 juta barel perhari.

Namun IEA juga memberikan laporan bahwa permintaan minyak dunia hingga akhir 2017 ini akan mengalami kenaikan 1,5 juta barel perhari menjadi total 97,6 juta barel perhari.

Namun IEA juga menyoroti masih lemahnya kepatuhan anggota OPEC dalam menjalankan komitmen pemangkasan produksi minyak untuk OPEC 1,2 juta barel perhari dan non-OPEC 600 ribu barel perhari.

Hingga akhir Juli lalu, tingkat kepatuhan anggota OPEC telah menurun, dari 77% di Juni menjadi 75% di Juli lalu, dan non-OPEC hanya 67% atau kelebihan 470 ribu barel perhari, sehingga ini menandakan komitmen tersebut makin memberikan nilai suplai yang masih besar.

Minyak sendiri gagal menguat setelah proses refinasi atau penyulingan atau pengolahan minyak mentah China naik 0,4% di Juli lalu atau setara dengan menyuling 45,5 juta ton atau sekitar 10,71 juta barel perhari, demikian ungkap National Bureau of Statistic kemarin pagi.

Angka yang diungkap NBS merupakan jumlah harian terendah sejak September 2016, demikian ungkap Reuters.

Hal ini membuat kekuatiran bahwa permintaan minyak China kemungkinan akan mengering di beberapa bulan kedepan karena daya beli konsumen China juga menurun.

Namun investor melihat pergerakan dolar AS yang menguat pasca mulai redanya situasi di Korea, membuat harga minyak terlihat lebih mahal dibandingkan sebelumnya sehingga investor sedikit menahan sisi belinya.

 

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, Marketwatch
Sumber gambar: CNN Money