Harga minyak melonjak dipicu meningkatnya tensi di Timur Tengah

0
122
Large Offshore oil rig drilling platform at sunset and beautiful sky in the gulf of Thailand

Harga minyak naik pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) dipicu meningkatnya tensi di Timur Tengah.

Minyak mentah berjangka Brent naik 2,07 dolar AS atau 2,3 persen ke posisi 91,97 dolar AS per barel pada pukul 02.25 GMT.

Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 2,26 dolar AS atau 2,6 persen menjadi 88,92 dolar AS per barel.

Ketegangan di Timur Tengah meningkat setelah ratusan warga tewas dalam ledakan di sebuah rumah sakit di Gaza, yang memicu kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan dari wilayah tersebut.

Pasar memperhitungkan risiko usai 500 warga Palestina meninggal akibat ledakan yang terjadi pada Selasa (17/10) tersebut.

Yordania kemudian membatalkan pertemuan puncak yang akan diselenggarakan dengan Presiden AS Joe Biden serta pemimpin Mesir dan Palestina.

“Pembatalan pertemuan puncak antara Biden dan pemimpin Arab mengurangi kemungkinan solusi diplomatis terkait konflik Israel Hamas,” kata analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar.

Pasar mengkhawatirkan ancaman serangan darat Israel di Gaza.

“Pendudukan yang berkepanjangan akan menjadi skenario yang mendorong harga minyak Brent di atas 100 dolar AS pe barel itu meningkatkan risiko konflik Israel Hamas meluas dan berpotensi menarik Iran secara langsung,” ujar Dhar.

Biden direncanakan akan mengunjungi Israel pada Rabu untuk menunjukkan dukungan terhadap negara tersebut dalam perangnya melawan Hamas.

Ia akan menjelaskan bahwa ia tidak ingin konflik meluas.

Sementara itu, stok minyak mentah AS yang turun sekitar 4,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 13 Oktober, menurut sumber pasar mengutip angka American Petroleum Institute pada Selasa (17/10), juga mendukung kenaikan harga minyak.

Penurunan tersebut jauh lebih besar dibandingkan penurunan 300 ribu barel yang diperkirakan para analis.

Data resmi dari Pemerintah AS akan dirilis pada Rabu.

Di sisi permintaan, ekonomi China tumbuh lebih cepat dibandingkan kuartal ketiga, berdasarkan data resmi pada Rabu.

Hal itu menunjukkan bahwa pemulihan baru-baru ini mungkin cukup untuk mencapai target pertumbuhan sepanjang tahun Beijing.

Sementara itu, penjualan ritel di AS meningkat lebih dari yang diperkirakan di September, mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve pada akhir tahun.

Kenaikan suku bunga untuk mengendalikan inflasi bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Di sisi lain, Pemerintah Venezuela dan oposisi politiknya pada Selasa (17/10) menyepakati jaminan pemilu untuk pemilihan presiden 2024, membuka jalan bagi kemungkinan keringanan sanksi AS yang dapat meningkatkan pasokan minyak.

AS telah memberlakukan sanksi ekspor minyak dari Venezuela sejak 2019, dan meskipun keringanan sanksi AS diperkirakan akan meningkatkan aliran pasokan minyak, para analis memperkirakan peningkatan apapun dari negara tersebut akan memakan waktu lama karena kurangnya investasi.