Harga Minyak Menguat Diatas 1%

0
68

JAVAFX – Berita komoditas hari Kamis(10/8/2017), harga minyak menguat diatas 1% pada perdagangan semalam didukung oleh panasnya situasi di Korea dan turunnya persediaan minyak pemerintah AS di minggu lalu.

Faktor data EIA dan geopolitik Korea membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan sebelumnya ditutup menguat $0,53 atau 1,08% di level $49,70 per barel.

Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup menguat $0,61 atau 1,17% di harga $52,75 per barel.

Seperti terungkap semalam dimana perdagangan ditutup dengan sisi penguatannya kembali mengakhiri sisi jual yang kuat selama 2 hari berturut-turut sebelumnya sebagai bentuk aksi buyback sejenaknya setelah dari pertengahan Juli hingga minggu kemarin, harga minyak selalu berkisar antara $45 hingga $52 per barel.

Investor minyak serasa terjebak dengan suasana harga tersebut karena mereka sangat kuatir terhadap masa depan dari komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC dimana kepatuhan komitmen mereka yang masih rendah, sepertinya investor minyak bersikap skeptis terhadap hasil rapat OPEC semalam yang hanya ada sebuah retorika belaka.

Faktor persaingan antara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 11 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan akhir November nanti.

Seperti kita ketahui akibat dari persaingan tersebut, harga minyak dunia sudah mengalami penurunan hampir 5% sejak awal tahun.

Seperti ungkapan diatas pasca OPEC meeting, investor mengambil sikap negatif terhadap hasil tersebut karena memang sisi kepatuhan inilah yang membuat investor kurang optimis atas hasil komitmen pemangkasan minyak para anggota OPEC tersebut.

Komitmen di OPEC sendiri hanya 78% dari jatah seharusnya yang dipangkas 1,2 juta barel perhari untuk OPEC, dan non-OPEC 600 ribu barel perhari.

Bulan ini, Arab Saudi akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 1 juta barel perhari menjadi 6,6 juta barel perhari, sebagai antispasi harga yang cenderung turun.

Sedangkan Saudi Aramco akan memangkas 10% atau setara 540 ribu barel perhari ekspor minyaknya ke Asia di September nanti.

Namun tingginya produksi minyak dari Libya dan Nigeria yang menjadi sorotan di rapat evaluasi kala itu untuk diharapkan kepatuhannya.

Selain itu dari Uni Emirat Arab atau UEA yang mana produksi minyak negara tersebut sudah diatas ambang kesepakatan diharapkan juga untuk mulai dikurangi eksplorasi dan produksinya.

Data Energy Information Administration semalam menyatakan bahwa persediaan minyak mentah pemerintah AS di minggu lalu mengalami penurunan sebesar 6,5 juta barel.

Penyuling minyak melakukan prosesi penyulingan minyak sebesar 17,6 juta barel, tertinggi sejak Mei lalu dan melebihi produksi mingguan yang dicatat di dalam data Kementerian Energi AS sejak 1982.

Sedangkan stok minyak bahan bakar mengalami kenaikan sebesar 3,4 juta barel, dan minyak suling mengalami penurunan sebesar 1,7 juta barel.

Tingginya stok bahan bakar ini menandakan bahwa permintaan bahan bakar akan tinggi dan diharapkan akan terus berlangsung hingga musim berkendara yang akan berakhir dalam waktu dekat.

Panasnya suhu politik di Semenanjung Korea, turut serta membuat harga minyak menguat tajam semalam.

Selain faktor akan terganggunya jalur distribusi minyak dunia, faktor pengalihan investasi ke emas dan pasar uang seperti ke yen dan Swiss franc, membuat nilai harga minyak berbasis dolar AS terlihat lebih murah dan investor memanfaatkan sisi belinya.

 

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, Marketwatch
Sumber gambar: Business Insider