Harga Minyak Menguat Tajam

0
53

JAVAFX – Harga minyak menguat tajam semalam dan merupakan penguatan harga 5 hari hari perdagangan berturut-turutnya dengan dibantu oleh menurunnya produksi minyak AS.

Awal pekan ini, diperkirakan badai Cindy di wilayah Texas dan Louisiana AS, diperkirakan telah menutup ratusan kilang minyaknya sehingga AS akan kehilangan 17% produksi dari 9,35 juta barel perhari, sehingga semalam berhasil memberikan dukungan bagi kenaikan minyak karena investor khawatir mengenai pasokan minyak ke AS yang dapat makin menurun lebih jauh.

Dan diperkirakan bahwa stok minyak AS terus turun kembali dengan perkiraan mencapai 4,5 juta barel dan 1 juta barel di kilang minyak Chusing Oklahoma. Pada perdagangan hari ini, harga minyak kemungkinan besar masih cenderung positif dengan rasa percaya diri tinggi setelah produksi minyak AS sedikit melemah di minggu lalu dan permintaan bensin yang masih tinggi.

Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sudah mengalami penurunan kurang lebih 20%, dikarenakan masih adanya perseteruan abadi diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan di 30 November nanti.

Mengecilnya produksi minyak AS membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juli di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan kemarin ditutup menguat $0,64 atau 1,45% di level $44,88 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Agustus di pasar ICE Futures London ditutup menguat $0,81 atau 1,74% di harga $47,46 per barel.

Semalam Energy Information Administration menyatakan bahwa stok minyak pemerintah AS naik 118 ribu barel, diatas perkiraan pasar yang minus 2,1 juta barel, serta menyatakan bahwa produksi minyak AS mengalami penurunan sebesar 100 ribu barel perhari menjadi 9,25 juta barel perhari.

EIA juga menyatakan bahwa persediaan bahan bakar minyak atau bensin mengalami penurunan sebesar 894 ribu barel, diatas perkiraan pasar yang turun 583 ribu barel. Sedangkan minyak suling atau minyak distilalasi mengalami penurunan juga menjadi 223 ribu barel, jauh dibawah perkiraan pasar yang naik 453 ribu barel.

Selain itu terjadi beberapa perbaikan kilang minyak AS di Alaska. Inilah yang mendorong investor melakukan beli kembali pada minyak sejak 5 hari terakhir pedagangannya pasca harga WTI menyentuh level $42 perbarel dan Brent di level $44 per barel di minggu lalu sesaat setelah kilang minyak Sharara di Libya milik BP Shell diaktifkan kembali.

Penguatan minyak yang perlahan-lahan ini memang perlu dicermati secara serius selama absennya aksi dari OPEC dan 11 negara produsen lainnya yang ikut komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel tersebut. Sejauh ini OPEC tidak ada rencana lebih lanjut mengenai tambahan pemangkasan tersebut.

Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: Dreamicus