Harga Minyak Tertekan Kembali

0
64

JAVAFX – Harga minyak tertekan kembali pada perdagangan semalam dengan rasa was-was investor jelang pertemuan evaluasi OPEC di Rusia awal pekan depan.

Situasi aksi profit taking sejenak sungguh tak dapat dihindarkan semalam, dimana investor masih kuatir dengan masa depan harga minyak yang sulit sekali menembus level $50 perbarel. Sempat semalam minyak lewati level psikologis tersebut, namun sisi jual lebih mendalam menghantamnya.

Investor mengendus upaya pemenangan Trump di pilpres kemarin, membawa misi bisnis minyaknya dengan Rusia, sehingga investor juga menebak bahwa pemasaran minyak Rusia ke AS kemungkinan besar terjadi, sehingga investor sepertinya menuduh Rusia tidak berkomitmen tinggi dalam pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel perhari bersama OPEC.

Setidaknya pelemahan semalam masih tetap untuk dipertanyakan investor karena seperti kita ketahui bahwa sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sudah mengalami penurunan kurang dari 15% sejak awal tahun. Faktor persaingan antara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan di 24 Juli nanti di Rusia.

Faktor menanti pertemuan di St Petersburg awal pekan nanti, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Agustus di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan sebelumnya ditutup melemah $0,33 atau 0,70% di level $46,79 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup melemah $0,46 atau 0,93% di harga $49,24 per barel.

Pada perdagangan semalam, pasca laporan Energy Information Adminsitration menyatakan bahwa persediaan minyak pemerintah AS di minggu lalu mengalami penurunan sebesar 4,7 juta barel, diatas perkiraan pasar 3 juta barel. Untuk bahan bakar diluar dugaan mengalami penurunan juga sebesar 4,4 juta barel dan minyak suling turun persediaannya sebanyak 2,1 juta barel.

Namun EIA juga melaporkan peningkatan total produksi minyak pemerintah AS di minggu lalu sebesar 32 ribu barel perhari menjadi 9,429 juta barel perhari.

Sebelumnya harga minyak juga menguat lagi dikala upaya Arab Saudi untuk mengurangi ekspor minyaknya agar stok minyak dunia dapat mengimbangi permintaan konsumsi global yang tidak bergeser membaik.

Disiarkan juga bahwa ekspor minyak Arab Saudi mengalami penurunan di Mei lalu, dari 7,006 juta barel perhari menjadi 6,924 juta barel perhari. Tujuan pengurangan tersebut yaitu untuk mengurangi stok minyak global dan sebagai bagian dari komitmen pemangkasan produksi 1,8 juta barel perhari, dimana Libya sendiri akan meningkatkan produksinya di tahun ini hingga mencapai 1,25 juta barel perhari dan 1,5 juta barel perhari di 2018 nanti.

Namun kabarnya bahwa Libya dan Nigeria yang merupakan anggota OPEC namun dibebaskan untuk tidak ikut dalam komitmen pemangkasan minyak 1,8 juta barel, nampaknya akan diundang dalam rapat evaluasi komitmen OPEC dan 11 negara non-OPEC di Rusia pada Senin pekan depan ini. Tersiar rencana pula bahwa Libya dan Nigeria akan dipaksa untuk mengurangi juga produksi minyaknya.

Nanti malam investor akan melihat lebih lanjut dengan produksi minyak AS, apakah Baker Hughes menyatakan akan lebih banyakkah jumlah rig yang diaktifkan kembali atau tidak. Nuansa menanti di akhir pekan ini membuat harga minyak itu sendiri masih was-was dengan pertemuan OPEC awal pekan depan tersebut.

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, Marketwatch
Sumber gambar: USA Today