Harga Minyak Terus Tertekan

0
73

JAVAFX – Harga minyak terus tertekan alias masih melemah pasca data OPEC yang menyatakan kondisi ekspornya naik dan jelang data Baker Hughes.

Pada perdagangan bursa komoditi dari pagi hingga sore hari ini, minyak masih bergerak lumayan besar dan terkesan melemah sebagai bentuk aksi jual lanjutan karena faktor ketidakseimbangan pasar akan terjadi di kemudian hari.

Faktor ketidakseimbangan tersebut, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $0,38 atau 0,78% di level $48,65 per barel.

Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,37 atau 0,71% di harga $51,64 per barel.

Pelemahan harga minyak berawal dari hasil survei Thomson Reuters Eikon bahwa bulan Juli ini pengiriman minyak OPEC mencapai titik tertinggi 2017 yaitu 26,11 juta barel perhari menandai kenaikan ekspor harian sebesar 370 ribu barel perhari, dimana sekitar 260 ribu barel berasal dari minyak produksi Nigeria.

Hasil survei National Bank of Australia, kemungkinan besar minyam Brent di akhir kuartal tahun ini berada di level $53 perbarel. Sedangkan Barclays memperkirakan di akhir tahun minyak Brent bisa $54 perbarel, ini didukung oleh makin tingginya permintaan minyak bahan bakar AS di bulan lalu dan ternyata suplai minyak global di bulan lalu mengalami defisif 500 ribu barel perhari.

Selain itu hasil survei dari BMI bahwa perusahaan-perusahaan eksplorasi minyak semacam BP, Royal Dutch Shell, Chevron, Exxon Mobil dan Total telah berhasil menyesuaikan diri dengan harga $40 perbarel maka mereka sudah dapat memperoleh keuntungan.

Target harga yang rendah ini tidak berlaku bagi produksi minyak lepas pantai yang mempunyai biaya produksi lebih tinggi.

Ini sesuai anjuran dari Goldman Sachs bahwa harga minyak seharusnya sekarang berada di titik $50 perbarel agar industri minyak tidak mengalami kesulitan keuangan di kemudian hari.

Maka dari itu begitu harga minyak menyentuh level tersebut maka sisi aksi ambil untung akan segera terjadi.

Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sebetulnya masih menurun kurang dari 3% sejak awal tahun.

Hal ini disebabkan adanya persaingan diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan selanjutnya di Abu Dhabi.

Pertemuan evaluasi anggota OPEC tersebut akan dilakukan minggu depan di Abu Dhabi Uni Emirat Arab karena pihak OPEC melihat produksi minyaknya di bulan lalu naik 200 ribu barel perhari dan kepatuhan pemangkasan produksi minyak 1,2 juta barel perhari masih di angka 78% saja.

Sebelumnya Energy Information Administration menyatakan bahwa produksi minyak AS mencapai 9,43 juta barel perhari, tertinggi sejak Agustus 2015 atau sudah naik 12% dari Juni lalu.

Situasi ini diuntungkan dengan biaya produksi yang makin efisien sehingga produsen minyak AS tidak terlalu risau ketika harga minyak jatuh.

Namun sebetulnya penurunan ini tidak terlalu besar karena konsumsi bahan bakar AS naik menajdi 9,842 juta barel perhari di minggu lalu, tertinggi sejak EIA mulai merilis data 1991 lalu.

EIA melaporkan bahwa permintaan bahan bakar di AS naik 0,1% year-on-year, dan ini merupakan kabar yang bagus karena sejak November 2016 kondisi konsumsi bahan bakar tidak berkembang.

Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: Business Insider