Harga Minyak Turun 2% Karen lonjakan Kasus Covid-19 di Asia dan Eropa

0
10

JAVAFX – Harga minyak turun 2% ke level terendah satu minggu pada hari Senin (28/06/2021) setelah mencapai level tertinggi sejak 2018 di awal sesi, karena lonjakan kasus COVID-19 di Asia dan Eropa mengerem reli sebelum pertemuan OPEC+ di minggu ini. Harga minyak mentah Brent di bursa berjangka turun $1,50, atau 2,0%, menjadi menetap di $74,68 per barel, sementara minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) turun $1,14, atau 1,5%, menjadi menetap di $72,91.

Penurunan tersebut mendorong kedua kontrak keluar dari wilayah overbought dan merupakan penutupan terendah sejak 18 Juni. Sebelumnya di sesi yang bergejolak, kedua benchmark naik ke level tertinggi sejak Oktober 2018.

Perkiraan untuk pemulihan permintaan minyak selama musim panas mungkin sedikit berlebihan, dan para pedagang menghadapi kenyataan minggu ini ketika varian Delta (COVID-19) mencapai Eropa dan ketika lonjakan infeksi di Asia Tenggara dan Australia membawa kembali penguncian.

Indonesia sedang berjuang melawan rekor kasus tertinggi, Malaysia akan memperpanjang penguncian dan Thailand telah mengumumkan pembatasan baru. Australia juga melaporkan pada hari Minggu salah satu jumlah tertinggi kasus virus corona yang didapat secara lokal tahun ini, memicu penguncian di beberapa kota.

Semua mata minggu ini akan tertuju pada Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, untuk melihat apa yang terjadi pada pertemuan mereka pada hari Kamis. OPEC+ telah meningkatkan pasokan sebesar 2,1 juta barel per hari (bph) minyak dari Mei hingga Juli setelah memotong pasokan selama pandemi, dan dapat memutuskan untuk menambah lebih banyak barel pada Agustus setelah harga minyak mentah pekan lalu naik selama lima minggu berturut-turut. Proyeksi OPEC menunjukkan defisit pasokan minyak pada Agustus dan sisa tahun 2021 karena ekonomi pulih dari pandemi, menunjukkan OPEC+ memiliki ruang untuk meningkatkan produksi.

Setidaknya diyakini bahwa OPEC+ akan meningkatkan produksi sekitar 500.000 barel per hari pada Agustus. Meski Abu Dhabi National Oil Co (ADNOC) akan mengurangi volume minyak mentah yang dipasok ke pembeli berjangka Asia sebesar 15% pada bulan September, sebagaimana dikabarkan Reuters. Tidak jelas mengapa ADNOC akan memotong pasokannya tersebut.

Produksi minyak mentah Rusia sendiri telah menurun sejauh ini pada bulan Juni dari tingkat rata-rata pada bulan Mei meskipun harga minyak reli dan pengurangan produksi OPEC+ berkurang. Kondensat minyak dan gas Rusia berada pada 10,42 juta barel per hari (bph) selama 1-27 Juni dibandingkan dengan rata-rata 10,45 juta bph pada Mei, kata sumber tersebut kepada Reuters. Produksi kondensat minyak dan gas Rusia juga turun tipis pada Mei dari April.

Kepatuhan Rusia dengan kesepakatan produksi minyak OPEC+ mendekati 100% pada Mei, yang berarti negara itu akan melampaui targetnya pada Juni. Sejauh ini, Kementerian energi Rusia tidak segera menjawab permintaan komentar Reuters.

Sumber Reuters mengatakan bahwa tingkat produksi yang lebih rendah mungkin karena masalah teknis yang dialami beberapa produsen minyak Rusia dengan produksi di ladang minyak yang lebih tua.

Di bawah kesepakatan yang disepakati oleh kelompok produsen minyak terkemuka OPEC+ pada Maret, kuota produksi Rusia diizinkan naik 130.000 barel per hari dari 1 April menjadi 9,379 juta barel per hari, tidak termasuk output kondensat gas, minyak ringan. Pada awal Juni, ketika Brent naik di atas $70 per barel, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan harga minyak mencerminkan keseimbangan pasokan dan permintaan dan “cukup baik” untuk Rusia. Sejak itu Brent telah naik sekitar $5 per barel ke level tertinggi sejak 2018.

OPEC+ bertemu pada hari Kamis minggu ini untuk membahas pasokan untuk akhir tahun ini. Kelompok tersebut mungkin membahas dorongan lebih lanjut pada bulan Agustus, kata sumber.

Iran dan Amerika Serikat, sementara itu, diperkirakan akan melanjutkan pembicaraan tidak langsung tentang menghidupkan kembali pakta 2015 mengenai pekerjaan nuklir Teheran. Perjanjian dapat menyebabkan pencabutan sanksi AS dan lebih banyak minyak mentah Iran di pasar. Tetapi ketegangan meningkat setelah serangan udara AS pada hari Minggu terhadap milisi yang didukung Iran di Irak dan Suriah. Baik Irak dan Suriah mengutuk serangan sepihak AS sebagai pelanggaran kedaulatan mereka. Iran mengatakan pada hari Senin bahwa pihaknya belum memutuskan apakah akan memperpanjang kesepakatan pemantauan dengan pengawas nuklir AS yang berakhir pekan lalu.