Iran Siap Genjot Produksi Jika Sanksi Dicabut

0
27

JAVAFX – Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh pada hari Senin (31/05/2021) menyatakan bahwa Iran dapat meningkatkan produksi minyak mentahnya hingga 6,5 ​​juta barel per hari (bph) ketika sanksi Amerika Serikat terhadap industri minyaknya dicabut.

“Pemerintah Iran berikutnya harus menjadikannya prioritas utama untuk meningkatkan produksi minyak menjadi 6,5 juta barel per hari,” kata Zanganeh di Teheran pada Bloomberg. Produksi minyak yang lebih tinggi juga akan memberi Iran lebih banyak pengaruh politik, menurut menteri.

Saat ini, mereka mampu memproduksi sekitar 2,5 juta bph dan terakhir produksi mendekati angka 6 juta bph adalah pada awal dekade 1970-an. Dengan pencabutan sanksi tersebit, Iran dapat meningkatkan produksinya menjadi lebih dari 6 juta barel per hari, menurut situs kementerian perminyakan sebagaimana dikutip Reuters.

Iran saat ini mengekspor sebagian minyaknya, sebagian besar ke China, yang bertentangan dengan sanksi AS, tetapi sedang bersiap untuk meningkatkan ekspor tersebut menjadi 2,5 juta barel per hari setelah sanksi dicabut.

Pembicaraan di Wina tentang kembalinya Iran dan Amerika Serikat ke apa yang disebut kesepakatan nuklir Iran terus berlanjut, dengan analis mengatakan kedua belah pihak dapat bersedia untuk melihat hasil dari pembicaraan itu sebelum pemilihan presiden di Republik Islam pada 18 Juni.

Jika pembicaraan yang sedang berlangsung ini menghasilkan kesepakatan, paling cepat pada bulan Agustus minyak-minyak mentah Iran akan mencapai pasar bebas dari sanksi Amerika. Meskipun kesepakatan baru akan diumumkan paling cepat minggu ini, tetap saja membutuhkan setidaknya dua bulan lagi untuk minyak Iran mulai mengalir ke pasar dengan restu Amerika Serikat. Hal ini karena tak lepas dari kemungkinan pemerintahan Presiden Joe Biden yang akan mengirim nota kesepakatan apa pun yang dicapai ke Kongres, yang memiliki waktu 60 hari untuk meninjaunya. Jika pemerintah dapat mencapai kesepakatan, secara teori akan mudah melewati tinjauan Kongres karena Partai Demokrat yang mengusung Joe Biden menguasai Kongresn pula.