Koreksi Dolar AS Menjadi Sentimen Utama Lonjakan Harga Minyak

0
13

JAVAFX – Harga minyak mentah melonjak pada perdagangan hari Senin (23/08/2021), menghentikan penurunan beruntun selama tujuh hari yang merupakan penurunan minyak mentah terburuk sejak 2019. Sentimen kenaikan didukung oleh penurunan dolar AS dan sikap para pedagang yang bertaruh bahwa aksi jual baru-baru ini dianggap sudah berlebihan.

Pasar mempertimbangkan kabar tentang nol kasus baru Covid-19 di China. Ini tentu saja memberikan daya pikat yang kuat karena memberikan cahaya tambahan di ujung terowongan pandemi ini dan memberikan kesegaran baru atas proyeksi permintaan minyak dimasa depan. Harus diakui bahwa penurunan Dolar AS masih menjadi sentiment besar dimana koreksi yang terjadi dari posisi tertinggi baru-baru ini, mendukung lanskap pasar komoditas secara luas.

Harga minyak mentah di bursa berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), naik $3,50, atau 5,6%, menjadi menetap di $65,64 per barel. Sebelumnya pada hari itu harga mampu naik lebih dari 6% untuk mencapai sesi tertinggi di $66, di mana titik itu berada di jalur untuk hari terbaik sejak November.

Lompatan tajam menandai perubahan haluan dari minggu lalu ketika kontrak merosot hampir 9% untuk kinerja mingguan terburuk sejak Oktober dan minggu negatif kedua dalam tiga minggu. WTI berakhir Jumat di level terendah sejak 20 Mei.

Sementara harga minyak mentah internasional Brent naik 5,48%, atau $3,57, menjadi $68,75 per barel pada hari Senin, setelah membukukan minggu terburuk sejak Oktober.

Penurunan harga minyak mentah yang terjadi sebelumnya disebabkan adanya kekhawatiran pelaku pasar atas potensi gangguan permintaan karena peningkatan kasus baru Covid-19 dari varian delta, yang mengarah ke penguncian baru di negara-negara termasuk Jepang dan Selandia Baru. Selain itu, data ekonomi yang lemah dari China, yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia, membebani harga. Laporan inventaris AS terbaru juga menunjukkan kenaikan stok bensin serta peningkatan output dari produsen AS.

Meski demikian, sejumlah pihak merasa skeptis dengan kejadian ini. Aksi jual yang terjadi terlihat berlebihan. Dorongan turun harga lebih didominasi masalah psikologis pelaku pasar daripada sentiment fundamental makro lainnya.

Pasar merasa was-was dengan masalah covid-19 yang masih menyebar dengan varian delta, sementara  juga ada ganjalan pada sejumlah indikator makro terkait dengan reflasi. Ini membuat sentiment bullish untuk minyak dan komoditas secara lebih umum menjadi buram sesaat.

Disisi lain, likuiditas kemungkinan akan tetap rendah dan tren harga saat ini dalam posisi bukan teman kami, namun demikian, diyakini bahwa secara fundamental komoditas mikro — yang terus mengetat — akan mengalahkan tren makro ini saat kami bergerak menuju musim gugur, mendorong banyak pasar seperti minyak ke level tertinggi baru untuk siklus ini.