Manufaktur PMI China Dibawah Perkiraan Diduga Karena Penguncian Covid-19

0
52

Aktivitas pabrik China secara tak terduga turun pada Oktober, terbebani oleh melemahnya permintaan global dan pembatasan ketat COVID-19 domestik, yang memukul produksi, perjalanan, dan pengiriman di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Data PMI sektor manufaktur secara tak terduga turun menjadi 49,2 pada Oktober 2022 dari 50,1, meleset dari perkiraan pasar 50,0. Ini adalah angka terendah sejak Juli, di tengah pembatasan ketat COVID di beberapa kota besar dengan output (49,6 vs 51,5 pada September), pesanan baru (48,1 vs 49,8), dan penjualan ekspor (47,6 vs 47,0) semuanya turun.

Hasil yang secara tak terduga menembus di bawah tanda 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi dengan para ekonom dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan PMI akan berada tepat di 50,0.

“PMI resmi menunjukkan hilangnya momentum lebih lanjut di bulan ini karena gangguan virus memburuk dan pesanan ekspor tetap di bawah tekanan,” kata Zichun Huang, ekonom di Capital Economics dalam sebuah catatan penelitian. 

“Dengan kebijakan nol-COVID di sini, kami pikir ekonomi akan terus berjuang menuju 2023.”

Hingga pekan lalu, 31 kota telah menerapkan berbagai tingkat penguncian atau semacam tindakan pengendalian berbasis distrik, yang memengaruhi sekitar 232 juta orang, kata Nomura dalam sebuah catatan penelitian. Para ekonom melihat kebijakan nol-COVID China saat ini sebagai kendala ekonomi utama dan memperkirakan pembatasan akan tetap berlaku untuk beberapa waktu setelah Kongres Partai Komunis bulan ini. 

Itu telah menimbulkan kekhawatiran bahwa kepemimpinan politik baru Beijing dapat memprioritaskan pengendalian COVID-19 di atas pertumbuhan ekonomi. 

“Kami tidak berharap kebijakan nol-COVID ditinggalkan hingga 2024, yang berarti gangguan virus akan membuat aktivitas layanan tatap muka tetap tenang,” kata Huang dari Capital Economics.

Langkah-langkah penahanan COVID terlihat mengganggu produksi pabrik di pembuat iPhone Foxconn dengan pekerja migran meninggalkan fasilitas perakitan besar-besaran di kota Zhengzhou yang dilanda COVID di tengah kekhawatiran infeksi. Seseorang yang memiliki pengetahuan langsung tentang masalah ini mengatakan kepada Reuters bahwa kesengsaraan COVID-19 di pabrik Zhengzhou dapat memangkas produksi iPhone bulan November di situs tersebut sebanyak 30%. 

Ekspor yang melambat, pasar properti yang tertekan dan pelemahan yuan terhadap dolar AS juga membebani prospek ekonomi terbesar kedua di dunia itu, tambah Huang. Ekonom memperkirakan China akan kehilangan target pertumbuhan tahunan sekitar 5,5%, dengan jajak pendapat Reuters terbaru memperkirakan pertumbuhan 2022 sebesar 3,2%. Jajak pendapat menunjukkan pertumbuhan China dapat meningkat hingga 5,0% pada 2023.