Minyak naik di Asia karena pasar pertimbangkan pemotongan pasokan

0
33
Pipeline in industrial district

Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Selasa sore, karena pasar mempertimbangkan pengurangan pasokan untuk Agustus oleh eksportir utama Arab Saudi dan Rusia dengan latar belakang prospek ekonomi global yang tidak pasti.

Minyak mentah berjangka Brent naik 34 sen atau 0,46 persen, menjadi diperdagangkan di 74,99 dolar AS per barel pada pukul 06.18 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 33 sen atau 0,47 persen, menjadi diperdagangkan di 70,12 dolar AS per barel, “Fundamental tidak memiliki banyak pengaruh pada arah harga seperti yang diharapkan.

Sebaliknya, prospek makro yang tidak pasti adalah fokus pasar,” kata analis ING dalam catatan klien.

“Sulit melihat pola ini berubah secara signifikan dalam jangka pendek, meskipun pemotongan tambahan memang menempatkan dasar yang lebih kuat untuk Brent di sekitar 70 dolar AS per barel,” tambah analis ING.

Pasar AS akan ditutup pada Selasa waktu setempat untuk liburan Hari Kemerdekaan negara tersebut.

Kedua harga acuan minyak mentah telah turun sekitar satu persen di sesi sebelumnya.

Arab Saudi pada Senin (3/7/2023) mengatakan akan memperpanjang pemotongan sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bph) dari produksinya hingga Agustus, kantor berita negara kerajaan itu melaporkan.

Rusia juga akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 500.000 barel per hari pada Agustus, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.

Pemotongan berjumlah 1,5 persen dari pasokan global dan membawa total yang dijanjikan oleh produsen minyak OPEC+ menjadi 5,16 juta barel per hari karena Riyadh dan Moskow berupaya menopang harga.

OPEC+ termasuk anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya.

Persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun sekitar 1,8 juta barel dalam seminggu hingga 30 Juni, penurunan ketiga minggu berturut-turut.

Data industri tentang persediaan akan dipublikasikan pada Rabu (5/7/2023) dan data resmi pada Kamis (6/7/2023), keduanya tertunda satu hari karena libur AS.

Di sisi makro, ekspektasi ke depan para analis beragam setelah survei bisnis menunjukkan penurunan aktivitas pabrik global karena permintaan yang lesu di China dan di Eropa dan manufaktur AS juga turun lebih jauh pada Juni – mencapai level yang terakhir terlihat pada gelombang awal pandemi COVID -19.

Meskipun kenaikan PDB telah melayang lebih rendah dalam beberapa pekan terakhir karena penurunan peringkat kuartal kedua di China dan kawasan Eropa, baik AS maupun ekonomi global tidak berisiko jatuh ke dalam resesi, di tengah sektor jasa-jasa yang kuat, berkurangnya hambatan sektor barang-barang AS dan pelonggaran luas kondisi keuangan global, kata analis JP Morgan dalam sebuah catatan.

Namun, permintaan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah masih menunjukkan permintaan barang-barang dagangan tetap lemah, yang akan membebani konsumsi sulingan, kata analis ANZ dalam catatan klien.