Minyak rebound didorong optimisme atas kesepakatan plafon utang AS

0
37
An oil rig situated in the ocean exploring for oil and gas. The oil rig is flaring LNG. Wide angle view of the oil rig on a calm ocean. Yellow and orange clouds at sunset.

Harga minyak mentah berjangka mengalami rebound kuat pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah optimisme atas kesepakatan plafon utang AS yang membantu mengimbangi dampak peningkatan persediaan di negara tersebut menjelang pertemuan OPEC+ pada Minggu (4/6/2023).

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli terangkat 2,01 dolar AS atau 2,95 persen, menjadi menetap di 70,10 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus meningkat 1,68 dolar AS atau 2,31 persen, menjadi ditutup pada 74,28 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Kedua harga acuan pulih dari kerugian dua sesi berturut-turut setelah DPR meloloskan RUU pada Rabu (31/5/2023) malam untuk menangguhkan plafon utang pemerintah AS dan meningkatkan peluang untuk menghindari gagal bayar.

Undang-undang sekarang pindah ke Senat.

“Optimisme pada kesepakatan utang tampaknya memungkinkan pasar minyak untuk mencoba bertahan meskipun masih terlihat rentan,” kata Phil Flynn, analis senior di The PRICE Futures Group.

Harapan untuk Amerika Serikat menghindari gagal bayar utang “membantu pasar mengabaikan snapback besar dalam pasokan minyak mentah AS,” kata Flynn.

Stok minyak mentah komersial AS meningkat 4,5 juta barel minggu ke minggu dalam pekan yang berakhir 26 Mei, kontras dengan ekspektasi pasar untuk penurunan, menurut data yang dikeluarkan oleh Badani Informasi Energi AS pada Kamis (1/6/2023).

Fokus pasar juga telah bergeser ke pertemuan 4 Juni Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang secara kolektif disebut OPEC+.

“Pertemuan OPEC+ akhir pekan ini mungkin mengarah pada sedikit kehati-hatian di sekitar level (harga rendah) tersebut, terutama mengingat peringatan hati-hati dari menteri energi Saudi,” kata analis OANDA Craig Erlam.