Minyak tergelincir di Asia, karena kekhawatiran surplus akan meningkat

0
30
Taken with sony a7 II

Harga minyak tergelincir lebih dari satu persen di sesi Asia pada Jumat pagi, di tengah kekhawatiran bahwa surplus pasokan global dapat membengkak pada kuartal pertama menyusul rilis terkoordinasi cadangan minyak mentah di antara konsumen utama, yang dipimpin oleh Amerika Serikat.

Minyak mentah berjangka Brent memperpanjang penurunan untuk sesi ketiga, merosot 96 sen atau 1,2 persen menjadi diperdagangkan di 81,26 dolar AS per barel pada pukul 01.30 GMT.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 1,35 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi diperdagangkan di 77,04 dolar AS per barel.

Tidak ada penyelesaian harga untuk WTI pada Kamis (25/11/2021) karena libur Thanksgiving di Amerika Serikat.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengumumkan rencana pada Selasa (23/11/2021) untuk melepaskan jutaan barel minyak dari cadangan strategis berkoordinasi dengan negara-negara konsumen besar lainnya, termasuk China, India dan Jepang, untuk mencoba mendinginkan harga.

Rilis seperti itu kemungkinan akan membengkakkan pasokan dalam beberapa bulan mendatang, kata sumber OPEC, menurut temuan panel ahli yang memberi nasihat kepada menteri Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Dewan Komisi Ekonomi (ECB) memperkirakan surplus 400.000 barel per hari (bph) pada Desember, meningkat menjadi 2,3 juta barel per hari pada Januari dan 3,7 juta barel per hari pada Februari jika negara-negara konsumen melanjutkan pelepasan cadangan mereka, kata sumber OPEC.

Prakiraan kenaikan surplus minyak mengaburkan prospek pertemuan antara OPEC dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, pada 2 Desember untuk memutuskan tentang produksi mereka.

Kelompok tersebut akan memutuskan apakah akan terus meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari pada Januari.

Namun, kontrak patokan ditetapkan untuk membukukan kenaikan mingguan pertama mereka dalam hampir sebulan karena volume keseluruhan dari rilis cadangan minyak mentah diperkirakan 70 juta hingga 80 juta barel lebih kecil dari perkiraan pelaku pasar.

“Karena volumenya kecil, saya pikir itu ditujukan untuk mengurangi ketatnya pasokan, daripada berdampak besar pada pasar minyak,” Tsutomu Sugimori, presiden Asosiasi Perminyakan Jepang (PAJ), mengatakan kepada wartawan Kamis malam (25/11/2021).