Minyak turun di perdagangan Asia jelang keputusan suku bunga Fed

0
23
In the evening, the outline of the oil pump

Harga minyak turun hampir satu dolar AS di perdagangan Asia pada Rabu sore, menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve AS, karena investor tidak yakin kapan puncak suku bunga akan dicapai dan seberapa besar dampaknya terhadap permintaan energi.

Harga turun meskipun terjadi penurunan stok minyak AS yang lebih besar dari perkiraan dan lemahnya produksi minyak serpih AS yang mengindikasikan terbatasnya pasokan minyak mentah untuk sisa tahun 2023.

Patokan global, minyak mentah berjangka Brent terakhir turun 88 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 93,46 dolar AS per barel pada pukul 06.50 GMT.

Brent mencapai 95,96 dolar AS per barel pada Selasa (19/9/2023), tertinggi sejak November.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 97 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan di 90,23 dolar AS per barel, setelah naik ke level tertinggi 10 bulan di 93,74 dolar AS per barel pada hari sebelumnya.

Kontrak WTI Oktober berakhir pada Rabu dan kontrak November yang lebih aktif turun 82 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan pada 89,66 dolar AS per barel.

“Reli minyak sedikit terhenti karena setiap pedagang menunggu keputusan penting The Fed yang mungkin menentukan apakah perekonomian AS akan mengalami soft landing atau hard landing,” kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Moya menambahkan bahwa pasar minyak masih “sangat ketat” dan akan tetap demikian dalam jangka pendek.

“Kecuali Wall Street merasa khawatir bahwa The Fed akan mematikan perekonomian, prospek permintaan minyak mentah (hanya) akan melemah secara bertahap, namun pasar minyak akan dengan mudah mengalami defisit pasokan sepanjang musim dingin.” Investor sedang menunggu serangkaian keputusan suku bunga bank sentral minggu ini, termasuk keputusan The Fed pada pukul 18.00 GMT pada Rabu, untuk menilai prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar.

The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya, namun fokusnya akan tertuju pada proyeksi jalur kebijakannya yang masih belum jelas.

Stok minyak mentah AS turun pekan lalu sekitar 5,25 juta barel, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (19/9/2023).

Para analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan penurunan sebesar 2,2 juta barel.

“Kami telah menaikkan perkiraan kami mengenai Brent untuk 12 bulan ke depan dari 93 dolar AS per barel menjadi 100 dolar AS per barel karena kami memperkirakan penarikan persediaan akan sedikit lebih tajam.

Alasan utamanya adalah penurunan pasokan OPEC secara signifikan dan permintaan yang lebih tinggi lebih dari sekadar mengimbangi pasokan AS yang jauh lebih tinggi,” kata analis Goldman Sachs dalam catatannya pada Rabu.

“Secara keseluruhan, kami percaya bahwa OPEC akan mampu mempertahankan harga Brent pada kisaran 80-105 dolar AS pada tahun 2024 dengan memanfaatkan pertumbuhan permintaan global yang kuat di Asia-sentris dan dengan menggunakan kekuatan penetapan harga mereka secara tegas.” Selain itu, pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan untuk mengenakan bea ekspor pada semua jenis produk minyak sebesar 250 dolar AS per metrik ton – jauh lebih tinggi dari biaya saat ini – mulai 1 Oktober hingga Juni 2024 untuk mengatasi kekurangan bahan bakar, sumber mengatakan kepada Reuters pada Selasa (19/9/2023).

Langkah tersebut dilakukan ketika produksi minyak AS dari wilayah penghasil serpih terbesarnya berada di jalur penurunan menjadi 9,393 juta barel per hari pada Oktober, terendah sejak Mei 2023, dan setelah Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.

Dari sisi permintaan, impor minyak mentah India turun selama tiga bulan berturut-turut pada Agustus, data pemerintah menunjukkan pada Selasa (19/9/2023), karena penyulingan di negara importir terbesar ketiga di dunia tersebut melakukan pemeliharaan dan mengurangi pengiriman dari Rusia.

Mengenai pasokan, Exxon Mobil Corp telah menjanjikan tambahan produksi minyak hampir 40.000 barel per hari di Nigeria sebagai upaya mendorong investasi baru di negara tersebut, kata juru bicara kepresidenan pada Selasa (19/9/2023), mengutip presiden operasi hulu global Exxon.