Optimisme Tapering, Risk Appetite; Dan Dolar Tersungkur

0
32

Dolar AS, siap-siap harus kembali tersungkur di pekan ini. Penurunan mingguan keduanya seiring sentimen pasar terhadap aset berisiko yang terus bertahan, sementara intervensi oleh bank sentral Australia hentikan kenaikan dolar Aussie baru-baru ini.

Indeks dolar terakhir terpantau berada di area 93.700, cenderung bergerak pada rentang sempit sepanjang perdagangan sesi Asia. Namun, indeks dolar mencatat penurunan 0.24% di pekan ini dan terus turun dari 94.565, level tertingginya dalam 12 bulan terakhir, yang disentuh di awal bulan ini.

Indeks dolar sempat berusaha memperbaiki penurunan pekan ini di sesi Kamis, menguat karena data tenaga kerja dan sektor properti AS menunjukkan hasil positif. Namun harus kembali terpuruk sejak sesi pagi Asia, di mana sentimen risiko terus ditopang oleh berita pengembang properti China Evergrande Group telah memasok dana untuk membayar bunga pada obligasi dolar AS guna menghindari gagal bayar.

Namun demikian, para pelku pasar masih terus memantau apakah dolar akan terus jatuh atau hanya penurunan sesaat saja dan akan kembali melanjutkan kenaikannya. Para pengamat berpendapat bahwa sebagian besar alasan penurunan dolar adalah karena kinerja kuat pada mata uang negara pengekspor komoditas.

Di sesi Jumat, yield obligasi acuan 10 tahun AS berada di 1.6872%, sedikit turun dari tertinggi multi bulan pada sesi Kamis di 1,7%, karena pasar terus bersiap-siap menyambut pengumuman dari Federal Reserve mereka akan mulai mengurangi program pembelian obligasi yang masif, yang sangat diharapkan akan dimulai pada November mendatang.

Namun, pergerakan pasar lebih tenang di sesi Jumat, karena para trader mengambil untung dan harga energi melembut. Dengan minyak Brent, yang telah menguat di atas $86 dolar per barel pada hari kamis, melanjutkan penurunannya di sesi Jumat dan terakhir terlihat berada di area 84.10.

Aussie melemah terhadap greenback, turun dari level atas tiga bulan yang dicapai di sesi Kamis dan terakhir terlihat berada di level $0.74863, karena dorongan terhadap mata uang yang terhubung dengan China dari berita Evergrande sebanding dengan langkah Reserve Bank of Australia yang akan menahan penjualan obligasi, serta terhentinya kenaikan harga energi.

Pada hari ini, Jumat, RBA mengatakan telah melakukan langkah untuk mempertahankan target yield obligasi untuk pertama kali dalam delapan bulan terakhir, menghabiskan A$1 miliar ($750 juta) untuk meredam aksi jual agresif karena para trader sangat yakin inflasi akan mendorong kenaikan suku bunga.

Mata uang lainnya yang terpengaruh harga energi juga mencatat penurunan. Dengan dolar Kanada tergelincir ke level C$1.2352 terhadap dolar AS, turun dari level C$1.2287, yang terakhir disentuh pada Juni silam.

Pound Inggris juga hentikan kenaikannya dan diperdagangkan di level $1.3798, turun dari level atas bulan ini yang di capai pada awal pekan. Pound mencatat kenaikan atas meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga dalam mengatasi meningkatnya tekanan inflasi.

Sementara itu Euro diperdagangkan menguat tipis di level $1.1627, yen jepang tidak jauh dari level terendah multi tahun, dan terakhir terlihat berada di area 114.01. Padahal di awal pekan ini, yen sempat berada di level 114.69, level terendahnya dalam empat tahun.