PBB: Dampak pandemi di balik kemerosotan terbesar vaksinasi anak

0
15

Sekitar 25 juta anak di seluruh dunia pada 2021 melewatkan vaksinasi rutin yang melindungi diri dari penyakit yang mengancam jiwa karena dampak pandemi COVID-19 terus mengganggu layanan kesehatan secara global.

Jumlah anak yang melewatkan vaksinasi rutin bertambah sebanyak lebih dari dua juta pada 2021 dibandingkan pada 2020 saat COVID-19 menyebabkan penguncian di seluruh dunia.

Angka pada 2021 itu berarti enam juta lebih banyak dibandingkan pada masa pra-pandemi pada 2019, menurut data baru yang dirilis oleh Dana Anak Anak Perserikatan Bangsa Bangsa (UNICEF) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

UNICEF menggambarkan penurunan tingkat vaksinasi itu sebagai kemunduran berkelanjutan terbesar dalam vaksinasi anak dalam satu generasi, yang membuat tingkat cakupan vaksinasi kembali ke tingkat yang tidak terlihat sejak awal 2000-an.

Banyak yang berharap bahwa pada 2021 tingkat vaksinasi anak akan naik kembali setelah tahun pertama pandemi, tetapi situasi sebenarnya ternyata memburuk.

Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi kemerosotan tingkat vaksinasi anak.

“Saya ingin mengatasi urgensinya.

Ini adalah krisis kesehatan anak,” kata spesialis senior urusan imunisasi UNICEF Niklas Danielsson kepada Reuters.

UNICEF mengatakan bahwa fokus pada kampanye imunisasi COVID-19 pada 2021, serta perlambatan ekonomi dan tekanan pada sistem layanan kesehatan, telah menghalangi pemulihan yang lebih cepat untuk tingkat vaksinasi rutin.

Cakupan vaksinasi anak menurun di setiap wilayah, menurut angka tersebut, yang diperkirakan menggunakan data penerimaan suntikan vaksin tiga dosis — difteri, tetanus, dan pertusis (DTP3) — dan mencakup anak-anak yang tidak mendapatkan suntikan vaksin apa pun dan mereka yang tidak mendapatkan sama sekali suntikan vaksin tiga dosis itu yang diperlukan untuk perlindungan.

Secara global, cakupan vaksinasi anak turun 5 persen menjadi 81 persen pada 2021.

Jumlah anak-anak “dosis nol”, yang tidak menerima vaksinasi apa pun, naik 37 persen antara 2019 dan 2021, yakni dari 13 menjadi 18 juta anak.

Sebagian besar anak-anak yang tidak divaksin itu berada di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, menurut data UNICEF.

Lebih dari 90 persen anak-anak perlu divaksin untuk mencegah wabah berbagai penyakit.

Dalam beberapa bulan terakhir, sudah ada laporan tentang meningkatnya kasus penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, termasuk peningkatan 400 persen kasus campak di Afrika pada 2022.

Pada 2021, sebanyak 24,7 juta anak melewatkan dosis pertama vaksin campak, dan 14,7 juta lainnya tidak mendapatkan dosis kedua yang sangat penting, menurut data badan PBB tersebut.

Cakupan vaksinasi campak itu hanya mencapai 81 persen, yakni yang terendah sejak 2008.

Angka-angka mengenai tingkat vaksinasi anak dalam laporan UNICEF dan WHO itu dihitung menggunakan data dari sistem kesehatan nasional di 177 negara.