Penguatan Emas Kembali Diuji Dengan Data Inflasi Konsumen AS

0
4114

JAVAFX – Analisa fundamental di hari Rabu(15/11/2017), penguatan emas kembali diuji dengan data inflasi konsumen AS pada perdagangan hari ini ketika data ini memang telah ditunggu oleh para investor. 
Di sisi lain, munculnya usaha penggeseran PM May di Inggris dan diundurnya jadwal pelaksanaan reformasi pajak AS yang disertai dengan membaiknya inflasi produsen AS, masih belum membuat greenback memberikan tekanan yang sempurna kepada emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Desember di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $1,90 atau 0,15% di level $1280,80 pertroy ounce.

Sebelumnya data tenaga kerja Inggris akan menjadi panutan bagi emas, apakah masih mampu menguat kembali di tengah ancaman dilengserkannya PM May ataukah berbalik melemah tajam karena ekonomi Inggris suram sehingga muncul aksi risk appetite atau meninggalkan emas.

Tren pergerakan emas memang seperti sebuah antiklimaks yang positif bagi emas, dimana investor memang sangat menantikan data inflasi konsumen AS yang akan rilis nanti malam.

BACAHarga Emas Masih Bertahan di Area Positifnya

Perhitungan yang dapat ditelaah tentang inflasi konsumen atau CPI kali ini bahwa ada kenaikan inflasi yang terlihat memang belum sempurna karena ketika data inflasi ini dikoleksi, kondisi harga minyak belum mencapai puncaknya yaitu di level tertinggi sejak pertengahan 2015 lalu. Merujuk pula data inflasi produsen semalam yang mencetak rekor tertingginya sejak awal 2012, kali ini inflasi produsen diperkirakan juga akan naik sekitar 0,05% hingga 0,75% saja karena komponen biaya tetap yaitu minyak belum terlalu berpengaruh.

Sehingga kondisi inflasi bulan lalu dan yang akan mendatang, mempunyai angka yang lebih tinggi sehingga ini pula yang dapat mendorong kenaikan suku bunga di Desember dan diperkirakan pula setidaknya sekali lagi di Februari tahun depan.

Selain itu nanti malam juga ada data penjualan eceran atau retail sales AS, yang diperkiran akan alami penurunan. Data yang merupakan perwujudan 2/3 laju PDB AS ini nampaknya tidak terlalu digubris pemirsa karena investor kuatir terhadap data inflasinya. Padahal jika data retail sales ini jeblok, maka laju pertumbuhan ekonomi alias PDB ini juga akan meredup, dan produsen pun berpikir ulang untuk menambah belanja investasinya alias menambah kuantitas produksinya dan pada akhirnya juga terjadi penurunan harga alias laju inflasi juga akan tertahan pula.

Bila data keduanya berseberangan hasilnya, tetap saja emas menguat, namun jika kedua data tersebut sama-sama menguat, barulah akhir perdagangan hari ini akan meluruhkan emas dengan sisi jual yang masif.

Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: CNBC