Powell : Inflasi Yang Tinggi Akan Mereda, Namun Resiko Masih Tetap Ada

0
76

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell pada hari Selasa mengatakan bahwa inflasi yang tinggi akan surut dalam beberapa tahun ke depan karena permintaan dan penawaran menjadi lebih seimbang. Hal ini juga didukung oleh program tapering yang telah dijalankan The Fed. Sekalipun begitu, Powell juga memperingatkan jika varian COVID Omicron dapat memperkeruh prospek pemulihan ekonomi ke depan.

“Sulit untuk memperkirakan secara pasti seperti apa laju inflasi dan efek kemacetan pasokan global, tetapi saya menyakini faktor-faktor yang mendorong inflasi lebih tinggi akan bertahan hingga 2022,” kata Powell dalam testimoni yang akan disampaikan di depan Komite Perbankan Senat AS. Powell kemudian menyinggung pasar tenaga kerja yang sangat rentan atas penyebaran varian Omicron ini. Di samping itu, risiko terhambatnya aktivitas ekonomi juga tidak dapat dikesampingkan karena akan merusak pemulihan yang sudah berjalan cukup solid sejak awal tahun.

Dalam pernyataannya, Powell justru tidak memberikan petunjuk apapun mengenai program tapering yang mulai dijalankan bulan ini. Powell secara tersirat mengatakan pasar tenaga kerja AS saat ini adalah “ground to cover” sebelum mencapai ketenagakerjaan maksimal, yang merupakan salah satu syarat sebelum The Fed menaikkan suku bunga.

Dolar Slow Sejenak, Sebelum Terbang Lagi

Hingga akhir sesi perdagangan Asia hari Selasa siang, pergerakan Dolar AS cenderung slow setelah terjadi volatilitas tinggi pada akhir pekan lalu dan diawal minggu ini. Dolar tidak banyak bergerak terutama versus mata uang komoditas, terlihat dari pair AUD/USD yang saat ini terjebak dalam fase konsolidasi. Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY) merupakan rangkuman pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama berada dikisaran 96.000.

Dolar AS berpotensi kembali melanjutkan trend bullish mengacu pada data CFTC yang menunjukkan posisi Net Long USD meningkat ke rekor tertinggi sejak pertengahan Oktober. Itu artinya, mayoritas pelaku pasar masih bersentimen bullish terhadap Dolar apalagi akan dimulainya pengurangan pembelian obligasi atau taperinf Fed dan aka nada kenaikan suku bunga ditahun depan.