Puncak wabah COVID-19 musim dingin di Australia terjadi lebih awal

0
29

Wabah COVID-19 selama musim dingin di Australia mungkin telah mencapai puncak lebih awal, kata menteri kesehatan negara itu pada Kamis, setelah kasus rawat inap menurun stabil sepanjang pekan lalu.

Australia menghadapi gelombang COVID-19 terburuk yang dipicu subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, yang membebani rumah sakit dan panti jompo.

Namun, Menkes Mark Butler menegaskan bahwa situasi terburuk bisa jadi sudah lewat.

“Itu yang saya dengar, tetapi kami belum memastikannya,” kata Butler kepada Nine News.

“Kita diam-diam berharap bahwa kita telah mencapai puncak lebih awal daripada yang diperkirakan,” katanya, menambahkan.

Otoritas kesehatan Australia memprediksi gelombang kali ini akan memuncak pada Agustus.

Beberapa negara bagian memperkirakan lonjakan kasus infeksi dan rawat inap akan turun pada akhir bulan itu.

“Tampaknya kasus-kasus mulai mencapai puncak dan mungkin menurun di beberapa negara bagian dan yang sangat menggembirakan, kasus rawat inap telah berkurang,” kata Butler.

Jumlah rawat inap akibat COVID-19 mendekati angka 5.000 pada Kamis, turun dari rekor 5.571 sepekan sebelumnya, menurut data resmi.

Butler mengatakan wabah flu telah melewati puncaknya, sehingga mengurangi beban sistem kesehatan.

Australia menghadapi musim dingin (Juni-Agustus) yang sulit akibat penyebaran COVID-19 dan flu.

Banyak petugas medis di rumah sakit jatuh sakit atau menjalani isolasi, sehingga krisis kesehatan memburuk.

Data menunjukkan ada kesenjangan pada persentase orang yang menerima dosis ketiga vaksin (71 persen) dengan mereka yang menerima dua dosis (96 persen).

Kesenjangan itu menambah kekhawatiran terjadinya lonjakan kasus rawat inap.

Pemerintah pada Rabu mengatakan akan menawarkan vaksin COVID-19 buatan Moderna bagi anak-anak usia kurang dari 5 tahun sampai 6 bulan mulai September.

Kelompok usia itu berisiko lebih tinggi terjangkit penyakit parah.

Sejak awal pandemi, Australia telah melaporkan lebih dari 9,5 juta kasus dengan 12.071 kematian.

Angka-angka itu jauh lebih rendah dari banyak negara lain berkat tingkat vaksinasi yang tinggi dan pembatasan ketat selama pandemi.