Saham Asia Masih Berjuang Ditengah Kekhawatiran Corona

0
29

JAVAFX – Pasar saham Asia masih terus berjuang untuk mendapatkan kembali pijakan menjelang penutupan perdagangan pada hari Jumat (31/1) karena harapan pelaku pasar masih berada dibawah tekanan wabah virus corona yang semakin menyebar terror kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan keadaan darurat global ketika wabah virus corona menyebar ke lebih banyak negara.

Indeks Nikkei 225 naik 1%, Indeks Hang Seng turun 0,3%, Indeks Kospi anjlok 5,6%.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,4%

“Alasan utama deklarasi ini bukanlah apa yang terjadi di China tetapi apa yang terjadi di negara lain,” kata Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Saat ini yang menjadi pusat kekhawatirannya adalah virus itu dapat menyebar ke negara-negara dengan pola sistem kesehatan yang lebih lemah. Sementara itu, pemerinta Amerika Serikat telah mengatakan kepada warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Negeri Tirai Bambu.

Departemen luar negeri mengeluarkan peringatan tingkat empat setelah sebelumnya mendesak warga Amerika untuk mempertimbangkan kembali dalam melakukan perjalanan ke China dan mengatakan setiap warga negara di China harus mempertimbangkan untuk pergi menggunakan sarana komersial.

Komisi Kesehatan Nasional China pada hari Jumat bahwa virus corona kembali menelan korban jiwa sebanyak 43 kematian dan 1.982 orang yang terjangkit wabah tersebut. Itu membuat total kematian di negara tersebut menjadi 213 dan terinfeksi 9.692 kasus yang dikonfirmasi.

Kemudian, WHO mengklaim bahwa ada 98 kasus di 18 negara lain yang terkena dampak dari virus corona, tetapi tidak ada kematian. Sebagian besar kasus internasional terjadi pada orang yang pernah ke kota Wuhan di Cina di Hubei. Namun, ada delapan kasus infeksi antar manusia di Jerman, Jepang, Vietnam, dan Amerika Serikat.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, menggambarkan virus itu sebagai wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia memuji tindakan luar biasa yang telah diambil pemerintah otoritas Cina yang mengatakan tidak ada alasan untuk membatasi perdagangan atau perjalanan ke China.

Tetapi berbagai negara telah mengambil langkah-langkah untuk menutup perbatasan atau membatalkan penerbangan dan perusahaan seperti Google, Ikea, Starbucks dan Tesla telah menutup toko mereka atau menghentikan operasi perdagangan.

Sentimen pendukung adalah China merilis data indeks pembelian manajer (PMI) di bidang manufaktur yang tumbuh di angka 50,0 untuk bulan Januari, sesuai dengan yang diperkirakan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PMI manufaktur resmi Januari datang pada 50,0. PMI manufaktur resmi sebelumnya 50,2 pada bulan Desember. Pembacaan PMI di atas 50 mengindikasikan ekspansi, sementara yang di bawah level tersebut sinya kontraksi.

PMI manufaktur dirilis tepat setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Kamis mengumumkan wabah coronavirus yang dimulai di Wuhan, Cina sebagai darurat kesehatan global. Data ini dirilis ini ditengah upaya Beijing untuk menahan wabah virus yang sedang berlangsung di negara yang telah mengirim kegelisahan di pasar global dalam beberapa hari terakhir.