Badai di Teluk Mexico Bisa Angkat Harga Minyak

0
59

JAVAFX – Badai di Teluk Mexico bisa angkat harga minyak pada perdagangan hari ini setelah harga minyak terus tertekan lebih dari 1% koreksinya pada perdagangan semalam setelah pasokan minyak global masih dalam kondisi yang berlebihan seiring peningkatan produksi beberapa produsen minyak dan mengecilnya impor minyak ke Asia.

Sejauh ini, harga minyak telah mengalami penurunan lebih dari 20% dari awal tahun hingga saat ini yang disebabkan oleh perseteruan abadi diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan di 30 November nanti.

Harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juli di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan kemarin ditutup melemah $0,97 atau 2,19% di level $43,23 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Agustus di pasar ICE Futures London ditutup melemah $1,10 atau 2,34% di harga $45,81 per barel.

Situasi produksi minyak di Libya yang dibebaskan oleh OPEC untuk tidak ikut komitmen pengurangan produksi minyak OPEC 1,8 juta barel perhari, dapat dipastikan akan mengalami kenaikan produksinya setelah salah satu kilang produksi minyak Libya yang bekerjasama sebelumnya dengan perusahaan Jerman, Wintershal, telah berhasil mencapai kata sepakat.

Menteri minyak Arab Saudi Khalid al-Falih sempat berusaha mencegah penurunan harga tersebut, dimana produksi minyak Libya dan Nigeria yang berlimpah masih bisa diatasi oleh produksi minyak Aljazair yang sedang menurun.

Dan tampaknya harga minyak masih bereaksi negatif dengan ucapan al-Falih tersebut, karena permintaan Asia terhadap impor minyak juga mengalami penurunan. Seperti kita ketahui bahwa pasar Asia adalah pasar terbesar pengkonsumsi minyak dunia. Jepang kemarin menyatakan bahwa sepanjang tahun ini Jepang sudah mengurangi impor minyaknya hingga 13,5%, demikian juga dengan India yang sama untuk mengurangi impor minyaknya di tahun ini sebesar 4,2%.

Kontrak penjualan minyak WTI sebanyak 70 ribu kontrak sedang menunggu untuk mendapatkan giliran dijual oleh investor minyak, ini merupakan pertanda bahwa pasar global sedang kelebihan stok sehingga dalam 2 hari ini harga minyak tampaknya akan diobral.

Produksi minyak WTI juga sudah mulai ditampung oleh beberapa ratus tanker yang sedang berlabuh di sekitaran Singapura dan Teluk Mexico, dimana Teluk Mexico merupakan salah satu tempat pengaktifan rig atau kilang minyak lepas pantai selain Alaska, yang biasa dilaporkan Baker Hughes tiap minggunya sehingga Teluk Mexico merupakan surga minyak WTI sekarang ini.

Kondisi minyak yang tergerus selama 4 minggu ini, membuat JPMorgan and Chase merevisi ulang target harga minyak dunia untuk tahun 2018, dimana minyak WTI direvisi $11 perbarel dari $53,50 perbarel menjadi $42 perbarel, dan minyak Brent direvisi $10 perbarel dari $55,50 perbarel menjadi $50 perbarel.

Hari ini harga minyak mungkin bisa menguat setelah American Petroleum Institute tadi pagi menyatakan bahwa persediaan minyak AS akan turun sebesar 2,720 juta barel di minggu lalu. Dengan hasil data stok minyak AS menurut API harusnya harga minyak bisa positif pagi ini setelah semalam tertekan lebih dari 1% kembali mengikuti nurani investor minyak jelang berakhirnya kontrak minyak bulan Juli.

Situasi cuaca jelang badai di sekitaran Teluk Mexico yaitu tempat dimana banyak sekali kilang minyak, baik milik AS maupun milik Mexico, kemungkinan akan ditutup produksinya selama badai tersebut, sehingga kesempatan kenaikan harga minyak dapat terlihat sejenak.

Setelah API melaporkan stok minyak AS, hari ini pasar akan menantikan data stok minyak AS menurut EIA, dimana seringkali data stok minyak antara EIA dengan API saling bersilangan.

Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: Worldmaritimenews