Biden berlakukan UU Produksi Pertahanan atasi krisis susu formula bayi

0
26

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Rabu (18/5) memberlakukan Undang-Undang Produksi Pertahanan untuk mendongkrak produksi susu formula bayi dan menyetujui penerbangan membawa masuk susu itu dari luar negeri di tengah kelangkaan nasional.

“Presiden mewajibkan para pemasok untuk mengarahkan sumber daya yang diperlukan ke produsen susu formula bayi terlebih dulu sebelum pelanggan lain yang mungkin telah memesan barang itu,” urai lembar fakta Gedung Putih.

“Mengarahkan perusahaan-perusahaan untuk memprioritaskan dan mengalokasikan produksi input susu formula bayi utama akan membantu meningkatkan produksi dan menambah kecepatan dalam rantai pasokan,” sebut Gedung Putih.

Biden juga telah mengarahkan Departemen Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan serta Departemen Pertanian untuk menggunakan pesawat komersial milik Departemen Pertahanan guna mengangkut susu formula bayi dari luar negeri yang memenuhi standar kesehatan dan keamanan AS, “agar barang itu bisa sampai ke rak toko lebih cepat.” Gangguan rantai pasokan yang dipicu oleh COVID-19 telah mengakibatkan rendahnya level stok susu formula bayi.

Namun, masalah itu menjadi semakin parah setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) AS melakukan penarikan produk susu formula bayi Abbott secara luas dan menutup sebuah fasilitas Abbott Nutrition pada Februari setelah sejumlah bayi jatuh sakit akibat infeksi bakteri dan dua bayi meninggal.

Pada pekan yang berakhir 8 Mei, tingkat ketiadaan stok susu formula bayi di seluruh wilayah negara itu mencapai 43 persen, naik 12 persen dari angka April, menurut data statistik Datasembly, yang melacak suplai secara real time.

Analisis data hiperlokal real-time yang dilakukan Datasembly menunjukkan bahwa stok susu formula bayi relatif stabil pada paruh pertama 2021, dengan fluktuasi ketiadaan stok antara 2-8 persen.

“Isu ini diperparah oleh berbagai tantangan dalam rantai pasokan, penarikan produk, dan inflasi historis,” menurut CEO Datasembly Ben Reich.