Emas Diujung Penantian

0
128

JAVAFX – Emas diujung penantian apakah naik ataukah meneruskan tren negatifnya pada perdagangan akhir pekan ini menjelang rilis data nonfarm payroll nanti malam.

Seperti yang terjadi semalam, beberapa data tenaga kerja AS sedang kesulitan untuk membangkitkan harga emas lebih lanjut. Data ADP memang tidak sesuai harapan pasar, begitu juga data klaim penganggurannya, namun penurunan kedua data tersebut sedikit diimbangi dengan membaiknya aktivitas jasa dan mengecilnya defisit neraca perdagangan AS.

Menguat terhadap wacana kenaikan suku bunga the Fed dan beberapa bank sentral utama dunia pada beberapa waktu lalu memang membuat harga emas tidak berdaya, atau naiknya pun sangat terbata-bata apalagi masalah verbal intervensi pejabat-pejabat the Fed yang sangat menganggu keinginan beli investor dimana investor seakan trauma terhadap emas akan mendapatkan mimpi buruk bila suku bunga the Fed naik secara atraktif.

Minggu lalu, para pejabat bank sentral diluar the Fed seperti dari Bank of Canada, Bank of England, Bank of Japan dan European Central Bank, yang kesemuanya mulai memikirkan mengurangi paket stimulusnya serta akan mengakhiri episode suku bunga rendah, sehingga emas sangat tidak menarik bagi investasi jangka pendek.

Semalam juga terungkap dari Eropa dan Inggris, bahwa kedua bank sentral sudah berencana mengakhiri suku bunga rendah dan melakukan tapering alias pengurangan paket stimulusnya sehingga emas secara umum akan terganggu kenaikannya bila kedua masalah tersebut muncul.

Di perdagangan semalam emas bergerak tipis-tipis saja, sehingga harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $3,00 atau 0,25% di level $1224,70 per troy ounce. Untuk harga perak kontrak September di Comex ditutup menguat $0,12 atau 0,75% di level $16,02 per troy ounce.

Fed minutes kemarin dengan tegas menyatakan bahwa the Fed sangat optimis dengan target inflasi 2% akan tercapai paling tidak di 2019 nanti. Hal ini patut dimaklumi oleh segenap anggota rapat suku bunga kala itu, pergerakan harga minyak yang terus turun tentu menyulitkan bagi naiknya harga di tingkat konsumen selama ini.

Dalam paparannya juga the Fed menyatakan bahwa kondisi defisit neraca bank sentral akan segera membaik di September tahun ini sehingga Desember nanti suku bunga the Fed bisa kembali dinaikkan untuk ke tiga kalinya di tahun ini. Dan semalam mulai ada buktinya.

The Fed sejak 3 tahun lalu sudah menghentikan program quantitative easing atau pembelian kembali aset-asetnya yang telah dilakukan sejak 2009 lalu. Dengan penghentian stimulus maka berarti the Fed tidak belanja atau mencetak uang baru, sehingga dapat diharapkan pasar obligasi AS akan semarak kembali dan artinya suku bunga the Fed bisa perlahan-lahan dinaikkan lagi.

Minggu lalu, para pejabat the Fed selalu menyatakan bahwa kondisi suku bunga rendah sangat membahayakan bagi masa depan perekonomian AS. Pejabat-pejabat the Fed tersebut mengungkapkan situasi ini karena beberapa sektor ekonomi AS sudah menunjukkan akselerasi yang mengencang, sehingga lambat laun inflasi yang mereda akan kembali memuncak karena daya beli konsumen akan meninggi di beberapa bulan kedepan.

Selain itu ketatnya pasar tenaga kerja AS akan bisa kita lihat mulai hari ini, bila data nonfarm payroll membaik maka emas cenderung akan negatif lagi.

 

Sumber berita: Reuters, Marketwatch, Investing
Sumber gambar: China Daily